Mengalami nyeri saat menstruasi sering banget kita rasakan setiap bulannya. Kalau perut sudah kram, duh, rasanya enggak enak banget deh!
Mengeluh karena sakit saat menstruasi tentu boleh aja, tapi ternyata, di belahan dunia lain banyak cewek yang harus merasakan lebih banyak kesulitan saat menstruasi dari sekadar menahan rasa sakitnya.
Di antaranya, masih ada yang masih harus berjuang untuk mendapatkan pembalut dan fasilitas layak saat mereka menstruasi, lho.
Meskipun kita ngeluh sakit karena menstruasi, tapi ternyata perjuangan cewek-cewek di belahan dunia ini ketika menstruasi jauh lebih menyakitkan!
(Baca juga: 5 Kakak Adik Ini Terlalu Akrab Sampai Melakukan Pembunuhan Bersama. Ngeri!)
India
113 juta cewek usia 12-14 tahun di India memiliki risiko putus sekolah karena stigma yang ada mengenai menstruasi.
Mereka malu pergi ke sekolah selama mengalami menstruasi karena beberapa alasan, yakni enggak nyaman sebab mereka menggunakan lap sebagai pengganti pembalut, enggak bisa ikut pelajaran olahraga, dan enggak ada toilet yang memadai untuk mereka.
Remaja-remaja cewek di India ini pun lebih memilih untuk keluar dari sekolah saat sudah memasuki masa puber.
Kekurangan fasilitas dan edukasi mengenai menstruasi di India disebabkan adanya kepercayaan bahwa tubuh mereka sedang dibersihkan dari roh jahat.
Membicarakan menstruasi juga menjadi hal tabu di masyarakat. Pendidikan pun harus dikorbankan hanya karena kurangnya pemahaman tentang menstruasi.
Zimbabwe
Kepedulian terhadap kesehatan di Zimbabwe memang belum maju, termasuk kepedulian mengenai menstruasi.
Cewek di Zimbabwe enggak bisa membeli pembalut karena harganya yang terlalu mahal, oleh sebab itu mereka menggantinya menggunakan kertas koran atau lap.
Hal ini dapat menimbulkan infeksi dan luka di alat kelamin mereka.
Sebagian dari mereka bahkan enggak bisa keluar rumah saat sedang menstruasi karena benda yang mereka gunakan sebagai pembalut bikin mereka enggak nyaman saat beraktivitas.
Nepal
Berdasarkan kepercayaan di Nepal, seorang cewek yang baru aja melahirkan dan sedang menstruasi tuh kotor dan enggak suci.
Mereka pun harus menjalani pengasingan di gubuk atau kandang ternak selama mengalami menstruasi.
Tradisi ini sudah menewaskan beberapa cewek karena kurangnya udara selama berada di gubuk atau diserang oleh hewan liar.
Walaupun tradisi ini sudah dilarang oleh pemerintah, daerah desa masih banyak yang menerapkan hal ini.
(Baca juga: 7 Makam Paling Menyeramkan di Dunia yang Bakal Bikin Bulu Kuduk Kita Merinding)
Indonesia
Di kota besar Indonesia, menstruasi bukanlah hal yang tabu untuk dibicarakan.
Sayangnya, di beberapa daerah masih terdapat kesalahpahaman dan kurangnya pengetahuan tentang menstruasi.
Di Indonesia juga terdapat beberapa mitos menstruasi seperti dilarang keramas, enggak boleh memotong kuku, enggak boleh berenang, dan dilarang mengonsumsi berbagai macam makanan.
Berdasarkan penelitian UNICEF, cewek-cewek di Indonesia memiliki keharusan untuk mencuci pembalut bekas pakai, padahal hal tersebut enggak perlu dilakukan.
Karena kurangnya toilet umum atau toilet sekolah yang layak untuk mencuci pembalut, mereka pun harus mencuci pembalut di rumah.
Oleh sebab itu, mereka terpaksa terus menggunakan pembalut selama lebih dari delapan jam dan baru menggantinya saat di rumah.
Hal ini menyebabkan alat kelamin menjadi gatal, kebocoran, dan menodai pakaian mereka.
(Baca juga: Sedih Jadinya, Sering Dijadikan 'Tempat Sampah' Curhat Teman Tapi Enggak Ada yang Bisa Dengerin Kita)
Afganistan
Saat menstruasi, cewek di Afganistan enggak pernah membersihkan atau mencuci vagina mereka, sebab terdapat kepercayaan itu akan membuat mereka jadi mandul.
Hal ini tentunya enggak higienis dan bisa menimbulkan penyakit kelamin.
Cewek-cewek di sana juga menggunakan kain yang disobek-sobek sebagai pengganti pembalut karena harga pembalut di sana sangat mahal.
Jepang
Di beberapa daerah di Jepang, cewek enggak bisa jadi koki sushi karena mereka akan mengalami menstruasi sebulan sekali.
Orang Jepang percaya bahwa saat sedang menstruasi, cewek akan mengalami ketidakseimbangan di indera perasa.
Sedangkan untuk menjadi koki sushi profesional, kita harus punya indera perasa yang konsisten dan tetap.
Oleh sebab itu mereka merasa kalau cewek tuh enggak cocok bekerja sebagai koki sushi.
(Baca juga: Kenapa Sih Teman Sering Meledek Hanya Karena Wajah Kita Jerawatan? Padahal Itu Kan Wajar)
Penulis | : | Intan Aprilia |
Editor | : | Intan Aprilia |
KOMENTAR