Saat hujan meteor Orionid mencapai puncak atau maksimum, para pengamat di Bumi akan dapat menikmati sajian bintang jatuh di malam hari tersebut. Pada tanggal 21/22 Oktober, Bulan sedang dalam fase cembung besar dan akan tenggelam tengah malam atau jam 00.34 WIB. Rasi Orion yang menjadi radian atau arah datangnya hujan meteor akan terbit jam 9 malam di arah timur laut. Dengan demikian ketika Bulan terbenam, rasi Orion sudah lebih dari 45º di langit malam.
Hujan meteor Orionid merupakan salah satu hujan meteor yang dengan aktivitas yang cukup tinggi antara 40 - 70 meteor per jam selama 2 - 3 hari berturut-turut. Analisa data hujan meteor Orionid dari tahun 1984 - 2001 memperlihatkan kalau laju maksimum setiap tahunnya beragam antara 14 - 31 meteor per jam. Periode terkuat terjadi selama 12 tahun di abad ke-20 dan selama tahun 2006 - 2012/2013, di malam puncak, para pengamat bisa menikmati 30 - 70 meteor per jam.
Sayangnya, sekarang aktivitas tersebut mulai berkurang. Aktivitas terendah dimulai tahun 2014 dan baru akan berakhir tahun 2016 dengan maksimum antara 20 - 25 meteor per jam. Dan menurut International Meteor Organization (IMO), di tahun 2015 aktivitas maksimum hujan meteor Orionid hanya berkisar antara 15 - 20 meteor per jam dengan kecepatan meteor 66 km/detik.
Selain hujan meteor Orionid, para pengamat langit juga bisa menikmati kehadiran planet Venus. Jupiter dan Mars yang terbit berurutan pada jam 3 dini hari.
Untuk melakukan pengamatan hujan meteor yang dibutuhkan hanyalah langit malam yang gelap tanpa polusi cahaya. Tanpa Bulan, langit akan memperlihatkan keindahannya. Tapi di daerah perkotaan polusi cahaya akan menjadi masalah tersendiri. Selain itu, siapkanlah jaket, peta bintang, cemilan, kopi panas, dan tentunya alat pemutar musik untuk menemanimu berburu meteor. Jika punya binokuler atau teleskop, siapkan juga untuk menikmati keindahan ketiga planet yang akan terbit sebelum fajar menyingsing.
(sumber: avivah via nationalgeographic.co.id, foto: komonews.com)