Tanpa disadari, kita melakukan pencitraan demi mendapatkan suatu imej tertentu di lingkungan. Menurut Dra A. Kasandra Putranto, psikolog dari Kasandra & Associates, "Sekarang, tekanan untuk tampil keren itu tinggi banget. Namun, hal itu tidak diimbangi dengan kepercayaan diri yang tinggi. Sehingga akhirnya pada berbohong, deh," ungkap Kasandra. Sebenarnya, sejauh mana, sih, pencitraan yang boleh dilakukan?
Enggak mau dong dikenal sebagai si muka editan? Karena itu, hindari mengedit foto secara berlebihan. Kita bisa memilih angle yang pas dan menonjolkan kelebihan. Misalnya, mengambil foto dari samping atau memanfaatkan bantuan cahaya. Hindari mengubah bentuk tubuh, seperti membuat tubuh jadi super langsing, membuat pipi jadi tirus, atau membuat bibir jadi lebih tipis karena itu mengubah keadaan yang sebenarnya.
Ketika kita berbohong, besar kemungkinan di lain waktu kita akan berbohong lagi. Karena itu, jangan sering-sering berbohong. Misal, jika kita berbohong menghabiskan malam minggu bareng gebetan padahal aslinya cuma sendiri, enggak perlu ditambah dengan menulis status yang memperkuat kebohongan itu, pura-pura check in di suatu café yang pura-puranya adalah tempat kita nge-date dan membanjiri timeline dengan perasaan bahagia karena habis nge-date padahal aslinya cuma di rumah.
Gebetan bilang dia sukaaa banget sama cewek yang pakai high heels. Akibatnya, demi mendapat perhatian gebetan, kita rela pakai high heels meski sebenarnya kita enggak tahan dengan sepatu setinggi itu. Kasus lain, misalnya kita ikut-ikutan teman diet. Karena asal diet, bukannya jadi kurus, malah sakit-sakitan. Ini termasuk pencitraan yang merugikan diri sendiri.
Sebenarnya, masih ada batasan-batasan lain. Untuk mengetahuinya, bisa dengan klik di sini, girls.
(foto: dok. thinkstock, collegetimes.com, teen.com)