Jendela yang Tertutup

By Astri Soeparyono, Kamis, 27 November 2014 | 17:00 WIB
Jendela yang Tertutup (Astri Soeparyono)

Semakin hari rasa penasaran dan cinta itu semakin membesar. Aulia juga semakin mengagumi tetangga sebelahnya, ingin memilikinya. Apa dia harus berkunjung ke rumahnya? Tapi apa alasannya? Gimana kalau Mamanya galak dan dia diperlakukan tidak ramah? Aulia penasaran, mengoreknya dari Mama.

"Ma, ibu tetangga sebelah kita baik enggak, sih?" Dia bahkan takut Mama curiga dengan pertanyaannya. Beberapa hari ini dia jadi sering bertanya tentang tetangga sebelah.

"Bu Marta?"

"Ah ya!" Aulia pura-pura pikun.

"Baik. Dia juga ramah. Memangnya kenapa?"

"Enggak pa-pa, sih, Ma." Kemudian Aulia mendapat ide cemerlang. "Oh ya, udah lama kan, Mama enggak masak kue dan bagi-bagi tetangga? Gimana kalau besok, kita buat kue. Besok kan minggu, Ma." Padahal biasanya Aulia tidak peduli dengan kebiasaan Mama yang suka membagi-bagikan makanan ke tetangga. Apalagi kalau disuruh antar ke rumah para tetangga, dia paling ogah. Kenapa sekarang dia jadi malah menyarankannya?

Mama menyipit ke arah anak tunggalnya. Aulia nyengir.

"Kan Mama sendiri yang bilang, tetangga adalah saudara terdekat kita. Aul cuma mengingatkan aja, kok." Sebelum ditanya dia sudah menjelaskan.

"Oke." Mama manggut-manggut, mengalah, tidak ingin bertanya lebih lanjut. "Kemarin Mama juga sudah merencanakannya. Tapi...kira-kira masak kue apa, ya?"

"Lapis legit aja, Ma!" usul Aulia bersemangat.