Pangeran Transjakarta

By Astri Soeparyono, Rabu, 15 Oktober 2014 | 16:00 WIB
Pangeran Transjakarta (Astri Soeparyono)

"ARGGGHHH!!!"

Rasanya aku hampir gila. Bayang-bayang wajahnya selalu mengeluarkan pisau yang membuat hatiku ini teriris pilu karena rasa rindu. Dirinya membangunkanku dari segala hal berbau kepenatan. Ia hadir dengan senyum terindah yang pernah ada. Aku rasanya sangat rela memberikan apa pun untuk dapat merasakan sensasi rasa yang seperti ini setiap detiknya. Meski perasaan ini memiliki kejelasan yang samar, tapi inilah yang membuatku merasa bahagia dan kembali bahagia setiap terbangun dari gelap.

"Mungkinkah aku jatuh cinta pada pandangan pertama?"

Rangkaian pertanyaan itu selalu berhasil membuat pikiranku hanyut ke dalam rasa permen asam manis. Aku sangat begitu menikmati momen ini. Aku merasa lebih dari cukup meski hanya menerima satu kali senyum yang memiliki semiotik sapa seperti beberapa saat lalu. Ya, aku merasa bahagia. Hidup rasanya menjadi lebih menyenangkan ketika selalu berhasil mengingat wajahnya. Meskipun aku tahu ini hanya dongeng yang aku khayalkan saja.

Ya, kuakui aku memang tidak mengenalnya. Aku hanya bertemu dengannya sekali dan itu pun tadi pagi. Namun, menikmati perasaan seperti ini seharian tidak mungkinkah bila aku memang sedang dilanda sakit cinta? Tapi, sekali lagi pikiran tentang kenyataan hadir mengalun pelan di relung sukmaku. Lalu aku pun akan menggeleng dan mulai merasa menderita bila mengetahui ini.

Aku sebenarnya merasakan hal ini dengan tidak sengaja. Aku tidak sadar bahwa perasaan penasaran dari diriku tumbuh begitu saja hanya dari sekali melihat wajahnya sekaligus senyumnya. Namun, aku terlanjur mengaguminya sekarang. Aku kagum dengan sosoknya. Sosoknya yang tampan dan gagah. Sosoknya yang sekilas diperhatikan membentuk kata kharisma yang menawan. Sosoknya yang tanpa celah hingga tak memerlukan diksi di setiap alur detil pencitraan tubuhnya. Ia mampu membuatku terpana hanya dengan kaos, jaket dan celana jeans yang ia kenakan. Rasanya ia memang sosok yang tercipta untuk dikagumi. Sosok yang membuatku gila hanya dalam sekali bertemu. Sosok yang teristimewa. Sudah seperti ini, haruskah ada pertanyaan lagi kalau diriku memang sedang jatuh cinta?

Tidak perlu banyak alasan untuk mengetahui bahwa ibuku sangat bingung ketika aku dengan cepat menggerakkan langkahku keluar rumah. Memang aku akui, semalam aku sudah sampai pada taraf yang cukup gila karena berhasil menghadirkannya dalam mimpiku. Untuk bagian ini aku akui bahwa ia sekarang dapat dikatakan spesial. Jujur.... pacarku yang lama saja tidak pernah jelas menampilkan dirinya di kehidupan malam gelapku.

Kini sebelum aku benar-benar gila, sebaiknya aku harus berjalan dengan cepat menuju halte Transjakarta. Tepat! Pasangan jarum di jam tanganku sudah menyatakan kemesraan mereka persis seperti kemarin aku naik bus dari halte Transjakarta. Namun, si angkutan andalan Jakarta itu tak kunjung datang. Tampaknya hari ini akan telat. Kalau saja bukan karena dia, kekesalan dan kemalasan menunggang Transjakarta akan kembali kualami seperti kemarin sebelum bertemu dengannya dan terhanyut dalam belai senyumnya yang manis.

Tidak lama, bus yang aku tunggu parkir di samping halte. Sama sesaknya seperti kemarin, namun hal inilah yang justru aku nantikan. Ini berarti aku akan sangat puas memandanginya seperti kemarin. Namun, kemanakah sosoknya? Sosok ini benar-benar menghilang dari pandanganku. Aku pun segera mencarinya ke ujung sayap sebelah kiri, hingga akhirnya aku menangkap sosok itu dalam sepasang retina mataku.

"AHHH... Tampannya.........."