"Eh, sebentar, kok gue belum pernah lihat lo ya?" Akhirnya aku penasaran juga. Dia mendongak, "Eh? Iya, gue emang anak baru kok. Gue baru aja pindah seminggu lalu. Lo senior, kan?" Ucapnya. Oh, pantas saja. "Lo suka basket?" Tanyaku dan akhirnya duduk di sampingnya di bench. "Suka. Tapi nggak bisa main. Entahlah, seleksi tadi bakalan keterima atau nggak" Jawabnya. "Nih!" Aku melempar bolaku padanya.
"Eh?" Dia menatapku bingung.
"Main sana! Gue mau lihat" Ucapku.
Awalnya dia men-dribble ragu-ragu dan akhirnya malah asyik sendiri. Dan aku tepuk tangan, dia menoleh, "Lo kenapa?"
Okay, itu lay up yang bagus banget.
"Lay up lo keren. Dan lo bilang lo nggak bisa main? Kalo main lo kayak gini, pasti lo masuk tim sekolah kok! Dan, siapa tahu, kan lo malah megang tim" Ucapku tersenyum.
"Eh? Gue nggak sebagus itu kali" Ucapnya sedikit kikuk.
Aku terkekeh, "Percaya sama gue. Lo bisa! Lo pasti masuk tim!" Ucapku lagi.
Dia kembali ke bench dan duduk lagi, lalu minum. "Gue rasa ini udah sore banget. Gue harus pulang" Ucapnya sambil merapikan barang-barangnya di bench. Aku hanya memerhatikannya. "Oh iya, thanks ya bolanya. Dan makasih motivasinya buat jadi kapten sekolah. Gue rasa, gue bakal habis sama senior-senior rempong di tim putri itu" Ucapnya sambil terkekeh. Aku ikut tertawa, "Ya, peduli apa sih sama mereka" Sahutku.
"Well, gue balik dulu,ya!" Ucapnya lalu berlari menuju gerbang sekolah.
Oh, gue lupa! Namanya...