Percakapan dan perjalanan keliling toko itu begitu menyenangkan. Melupakan segala kehidupanku yang sebenarnya. Ya, yang sebenarnya.
Dia menyuruhku untuk melukis topeng yang sedang dia buat. Dia bukan pembuat topeng yang cukup baik, tapi dia mengatakan bahwa warna dalam diriku akan membuat topeng itu menjadi lebih baik.
Senja menandakan bahwa aku harus pulang. Meninggalkan dunia fantasi itu dan kembali ke dalam kehidupanku yang kelam.
"Sampai ketemu lagi, Rin. Datanglah kapan saja jika kau mau." Naufal melemparkan senyum simpul dan membuat ledakan membabi-buta di dadaku.
"Terima kasih untuk hari ini, Fal. Aku akan kembali dan melukiskan topeng itu untukmu."
Setiap hari aku datang ke toko topeng itu. Melangkahkan kaki ke dalam ruangan kecil berwarna-warni. Dan bercakap-cakap dengan cowok yang membuatku jatuh cinta....
Sudah satu minggu sejak pertama kali aku bertemu dengannya. Aku selalu bertemu dengannya dengan alasan melukiskan 7 replika topeng moai yang ia buat. Aku belum menceritakan kehidupanku yang sebenarnya, rahasia yang mendesak ingin keluar dari tempat persembunyiannya.
"Kau tahu? Sebenarnya topeng kita ini harusnya berbentuk patung. Tapi, biarkan dia jadi topeng dan tetap berharap menjadi patung seperti raut wajahnya," katanya sambil tertawa kecil.
"Raut wajah topeng itu memang penuh harap, tapi di sisi lain wajahnya seperti tegas dan keras kepala," kataku.
"Akan kucatat itu dalam otakku Rin,"
Kami mulai menjadi sangat dekat, dan sayangnya 5 dari 7 topeng itu sudah kulukis. Namun, rahasia besar hidupku belum juga kuceritakan padanya. Sampai akhirnya, rahasia itu yang menceritakan dirinya sendiri pada Naufal.
Aku menyimpan surat diagnosis dokter di dalam tas. Dan, Naufal melihatnya dengan sangat terkejut.