"Asyik lagi, coba aja," kata Sheera.
"Ogah. Ombak di sini besar, tahu! Kemarin kan kita sudah janji enggak boleh jalan sendirian. Kalo pergi harus ngasih tahu, ingat?"
Sheera terkekeh.
"Heh bantuin dong, enggak bisa naik, nih," suara Windy minta pertolongan.
Sheera mundur perlahan. Dibanding tadi ketika mendekati pinggiran karang, kali ini dia justru sedikit takut. Kakinya yang tanpa alas harus berhati-hati menapak batu karang yang bukan hanya licin karena sering terkena air laut tapi juga tajam. Fina sudah mundur lebih dahulu untuk menolong Windy.
"Ngapain, sih, pake naik-naik ke sini segala? Lupa ya janji kemarin..." omel Windy yang langsung dibalas oleh Sheera.
"Iya, Bu, inget. Ngomel mulu nanti cepet tua, lho."
"Ih, malah ngatain. Lihat, tuh, Indah, sampe jatuh bangun kayak gitu," lanjut Windy masih belum terima.
"Tahu gitu kok malah ditinggal, enggak ditolongin dulu?" kali ini Fina yang membalas.
Windy manyun. Fina dan Sheera tersenyum melihat temannya yang memang terkenal cerewet itu. Di antara mereka berempat Windylah yang menjadi idola. Wajahnya yang cantik dengan tubuh tinggi langsing juga rambut hitam panjangnya membuat gadis itu sering membuat teman-temannya iri.
"Ya aku kan..." Windy tak melanjutkan kata-katanya.
Lagi-lagi Fina dan Sheera menahan senyum. Saat ini mereka bertiga sudah berada di atas karang. Angin yang berhembus cukup kuat membuat mereka bertiga bergidik, dingin.