Keempat gadis belasan tahun itu saat ini sudah berada di atas karang. Jika tadi melihat Sheera yang berdiri di pinggir karang mereka ketakutan, sekarang mereka merasakan sendiri rasanya. Mereka berempat kemudian duduk. Tak ada lagi kata. Saat ini mereka sibuk dengan pikiran di kepala mereka masing-masing. Sebentar lagi mereka akan meninggalkan bangku SMA dan mungkin mereka tidak akan bisa bersama lagi. Pertemanan yang terjalin sejak tiga tahun yang lalu akankah bisa terus dijaga ketika mereka akan semakin sibuk dengan kuliah masing-masing.
"Aku harus masuk Perguruan Tinggi Negeri, harus. Papa enggak mau membiayai kuliahku kalau aku enggak bisa masuk PTN," kata Indah tiba-tiba.
"Kenapa emangnya? Kuliah di mana saja kan sama, asal kamunya rajin belajar," tanya Windy.
"Mahal. Bisnis Papa lagi enggak bagus," jawab Indah.
"Bukannya sekarang sama saja. PTN sekarang juga mahal, lho, kecuali kamu lewat jalur tertentu itu, dapet beasiswa," kata Fina berpendapat.
"Bener. Banyak kok perguruan swasta yang murah juga, lebih murah. Kemarin di rumah aku dapat kiriman kayak brosur-brosur gitu dari universitas-universitas swasta dan kulihat lumayan juga biayanya," kata Windy.
Indah menghela nafas. Papanya memang keras. Kemarin saja ketika minta ijin untuk ikut berlibur bersama ketiga temannya itu hampir saja dia tak diijinkan. Kalau bukan karena bantuan dari sang Mama pasti saat ini dia sedang di meja belajaarnya bersama tumpukan buku yang harus dibaca.
"Aku enggak tahu apa masih bisa ketemu kalian lagi atau enggak. Tahun ini Papaku dipindah ke luar Jawa dan Mama mau kita semua ikut. Jadi nanti pas tes aku diminta memilih perguruan tinggi di tempat papa kerja."
Mendengar kata-kata Fina, ketiga temannya langsung terperanjat. Fina tidak menceritakan masalah itu sebelumnya.
"Kalo bukan karena mau pindah, aku enggak mungkin diijinkan liburan sama kalian ke sini," lanjut Fina.
"Fina, kok enggak cerita-cerita, sih?" tanya Indah sendu.
"Aku juga baru tahu. Papa dan Mama sengaja menyembunyikannya agar aku konsen ujian. Jadi pas kemarin ujian selesai Papa ngasih tau aku."