KARENA DIA RIZAL

By Astri Soeparyono, Senin, 23 Juli 2012 | 16:00 WIB
KARENA DIA RIZAL (Astri Soeparyono)

            Pangeranku, kumohon jangan pernah mmbenciku. Aku takut sekali kau pergi dan menjauh dariku. Aku ingin berada di dekatmu. Sekali lagi kumohon jangan pernah menjauh dariku. Aku benar-benar sayang padamu. Aku tak tahu lagi harus berkata apa. Tapi yang pasti aku akan sedih sekali bila kau marah padaku.

            Bodohnya aku, memohon di selembar kertas buku harian yang takkan pernah mungkin kau dengar. Tapi aku hanya ingin kamu tahu. Bila kau menjauh dariku hari-hari akan terasa makin menyiksa. Waktu terasa berjalan dengan kekosongan. Karena itu janganlah pernah kau menjauh dariku...

            Diary sahabatku,

            Aku tahu aku memang gadis yang cengeng. Tapi kali ini aku bingung. Sebenarnya apa yang membuatku begitu sedih hingga meneteskan air mata. Air mataku terus saja mengalir membasahi wajahku tanpa peduli pada pertanyaanku. Sekuat apapun aku brkata "Stop!" air mata ini tetap mengalir tiada henti.

            Apa karena tiba-tiba aku merasa aku bukanlah gadis yang pantas buat Rizal? Aku bukanlah gadis yang amat cantik. Aku bukan gadis yang amat pintar. Aku ini hanyalah seorang gadis biasa yang tak banyak dikenal. Maka pantaskah aku memimpikan cinta darinya? Maka pantaskah namaku disejajarkan dengan namanya?

            Ya Allah, sebenarnya salahkan aku jatuh cinta padanya? Salahkah aku berharap dia membalas cintaku? Salahkah aku bertahan terus mencintainya? Apakah ini semua hanyalah kesalahan yang harus aku lupakan? Ya Allah, andai perasaan ini bisa dikontrol, maka aku akan memilih untuk jatuh cinta pada orang yang pasti mau membalas cintaku. Aku tak akan membiarkan cintaku tergantung tak pasti sambil mengharapkan cinta dari pangeran tampan dari negeri dongeng.

            Diary-ku,   

            Hari ini aku sedih sekali. Pangeranku sakit. Kata teman-temannya sakitnya tidak parah. Karena itu dia hari ini tidak masuk sekolah. mungkin hanya demam biasa, kata mereka. Tapi tetap saja aku khawatir. Ingin rasanya aku mendatangi rumahnya. Membawakannya makanan bergizi yang membuatnya cpat sembuh. Duduk di sampingnya dan menghiburnya. Namun hatiku terasa miris. Aku tak bisa melakukan semua itu. Maka aku hanya terdiam sambil menerawang mendegar berita itu.

            Yang bisa aku lakukan hanya berdoa di ujung sujudku. Meneteskan air mata tiap aku merasa rindu padanya. Rindu yang teramat sangat. Pangeranku, cepatlah sembuh. Aku disini akan selalu mendoakanmu. Aku akan selalu mengirimkan dzikir tiap malam untuk melindungimu.

            Pangeranku, aku ingin melihat kamu kembali shat lagi. Bercanda lagi bersama teman-temanmu. Berjalan di depanku dengan cuek. Tak masalah bagiku bila harus terus menjadi pengagum rahasiamu. Yang penting bagiku sekarang hanyalah kesembuhanmu.

            Dear Diary,

            Hari ini aku kesal sekali! Teman-teman menertawakanku. Mereka berkata doa dan kekhawatiranku selama ini sia-sia saja. Mereka bilang, "Untuk apa kamu repot-repot khawatir padanya? Berdoa untuknya? Kalau sedikitpun namamu enggak pernah dia ingat? Apa gunanya?"