"Jadi tugas kalian untuk minggu depan adalah bikin laporan penelitian tentang suatu masalah. Tema nya bebas. tapi kalian harus selidiki dulu masalah itu, baru susun laporannya. Ngerti, Anak-anak?" Tanya Bu Rita, guru Bahasa Indonesia Luna pada akhir jam pelajaran.
"Iya, Bu!" sahut murid-murid serentak.
Bu Rita segera mengumpulkan buku-bukunya yang bertebaran di atas meja, memasukannya kedalam tas dan melangkah keluar kelas sambil menenteng tasnya. Luna menoleh kepada teman sebangkunya, Lita, yang bukannya bersemangat malah menguap dengan tampang bosan.
"Ta, nanti lo mau bikin laporan tentang apa?" Tanya Luna antusias.
Lita menguap lagi sebelum menjawab.
"Apa aja deh! Pokoknya yang nggak ribet. Mungkin gue bakal selidikin kenapa murid-murid di sekolah kita sering bolos. Kalo lo gimana?"
"Gue jelas bakal nyelidikin murid-murid yang katanya hilang di sekolah kita itu!" seru Luna tanpa harus berpikir lama-lama.
Sekolah mereka memang dilanda teror menghebohkan. Belakangan ini lima orang anak berturut-turut dilaporkan hilang tanpa jejak. Orang tua mereka sangat panik dan sudah mengadukan tragedi itu ke kantor polisi. Tapi meskipun seluruh bagian sekolah mulai dari perpustakaan, kantin, laboratorium sampai kamar mandi telah di geledah, kelima murid tersebut masih belum bisa di temukan, tentu saja misteri itu menarik perhatian Luna yang sudah lama berambisi menjadi detektif.
"Ya ampun, Na! Harapan lo tinggi banget sih! Polisi aja nggak berhasil. Kenapa lo bisa berpikir lo akan tahu ke mana perginya kelima anak itu?"
"Lebih baik gagal dari pada nggak mencoba sama sekali" kata Luna yakin. Lita memutar bola matanya.
"Yah...kalo gitu hati-hati aja-jangan sampai lo jadi anak hilang yang ke enam. Kalo lo nggak ada, terus gue nyonteknya sama siapa dong?" cengirnya.
Luna mengacuhkan ledekan sahabatnya dan mulai mengadakan penelitian hari itu juga. Setelah semua murid pulang ke rumah masing-masing, dia malah memutar langkah ke belakang sekolah menuju kantin.