Sebuah suara menyapaku dari balik punggungku. Aku berpaling menemukan seorang pria yang amat kukenal, berdiri disana menegakan sebuah kemeja tangan panjang putih berserta celana panjang putih. Ia tersenyum-Senyuman yang berakhir kali kulihat di malam ulang tahunku yang ke tujuh itu.
"A....Ayah? Kenapa... ayah ada di sini?"
Pria itu ayahku, tertawa kecil sembari menatapku ." kok malah Tanya? Tempat ayah ,kan, memang ada di sini!"
"Memang ini..di mana?" Tanya tergagap .Ayahku lagi-lagi tertawa.
"Lihat saja apa yang aku injak dikakimu. Ayah tidak menyangka anak ayah akan sebodoh ini ,sampai tidak bisa menganalisis tempat macam apa ini. Ke mana otak encer ayah turunkan padamu ,Nak? Dirampok orang?" godanya ,tertawa mengejek .
Aku berang, namun kegunanya logikaku untuk berpikir .Kegelapan pekat .Cahaya-cahaya kecil, tulang berserakan . Jangan-jangan..Oh tidak....
Apakah aku sudah mati? apakah ini tempatku sekarang berada? Tapi kalau dipikir-pikir, aku memang sudah tidak bisa merasakan sakit di sekujur tubuhku lagi. Apakah aku memang..mati? bukankah kalau seseorang mati, malaikat mautklah yang akan menjemputnya? kenapa aku malah bertemu pria ini? Masak sih, dia malaikat maut yang datang.
Menjemputku?Enggak elit banget!Enggak ada bagus-bagusnya !
"Kau merutuki apa, Ar?" Tanya pria itu lembut. Aku menegakkan kembali kepalaku. Kutatap ia lekat-lekat, meminta jawaban pasti.
"Ayah...Apakah aku sudah... mati?"
Sunyi. Ayah hanya tersenyum.
"Tempat apa ini, ayah? Neraka? Surga? Kok gelap? Lalu kenapa Ayah ada di sini?"