Acara televisi ataupun film masih banyak yang melihat sisi Jakarta dari kaum menengah ke atas. Padahal jantung Indonesia ini tidak selalu glamor, ada sekelompok orang yang hidup diantara kita tapi 'terbuang'.
Tak banyak yang secara jujur menceritakan lewat media film tentang kehidupan orang-orang jalanan. Hal itu yang membuat sang sutradara Daniel Ziv tergerak untuk membuat film dokumenter Jalanan.
"Saya banyak dapat cerita menarik, menyentuh itu dijalanan. Saya tau lebih banyak keadaan Jakarta dari orang-orang jalanan. TV selalu mengangkat cerita dari perspektif orang kaya, terutama di sinetron, jarang sekali ada cerita nyata dari kaum miskin, dari orang biasa yang dianggap layak ditonton. Itu salah satu alasan kenapa ini pengalaman yang menarik," beber Daniel, usai pemutaran film Jalanan, di Atamerica, Pacific Place, Jakarta, Jumat (28/3) malam.
Film dokumenter berdurasi 107 menit ini mencoba mengajak penonton merasakan bagaimana ketiga orang tokoh dalam film Ho, Boni, dan Titi yang kesehariannya bekerja sebagai pengamen berjuang dalam kerasnya Jakarta.
"Pok ame ame belalang kupu-kupu, gembel pada mati kapitalis happy happy," dendang Ho, dalam film Jalanan.
Ya, gaya penceritaan dalam film ini benar-benat apa adanya, nyeleneh, menyentuh, dan jenaka.
Film Jalanan tahun lalu memenangkan Film Dokumenter Terbaik dalam Festival Film Busan. Jalanan juga bakal masuk bioskop-bioskop di Tanah Air pada 10 April mendatang.
(ega/hai, foto: jalananmovie.com)