Para peneliti tata surya telah lama mencurigai bahwa gunung api memiliki peran dalam evolusi Venus.
Para peneliti ini telah menemukan titik benderang yang sifatnya hanya sementara, di zona rekahan bernama Ganiki Chasma di Venus. Zona rekahan ini telah 36 kali diamati oleh kamera yang terpasang pada wahana antariksa yang mengintai planet itu.
Eugene Shalgyn, ilmuwan planet, bersama Max-Planck Institute for Solar System Research di Jerman, menyatakan bahwa mereka telah menyatukan mosaik dan menghitung peta tingkat terang permukaan relatif.
"Dengan menganalisis peta ini, seseorang bisa melihat beberapa hal benderang yang muncul pada lokasi yang sama dalam beberapa pengorbitan, dan menghilang setelahnya," ungkap Shalgyn. Mereka menduga, titik benderang itu disebabkan oleh lava, gas lava, atau kombinasi keduanya, di atas permukaan planet.
Sambil mencari hal yang sama di zona rekahan, para peneliti mengatakan bahwa aktivitas gunung api di Venus memiliki implikasi besar untuk memahami proses yang terjadi di bagian dalam, permukaan, serta atmosfer Venus.
Venus merupakan satu-satunya planet yang memiliki nama perempuan dari lima planet di Tata Surya, sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh astronom di masa silam. Alasannya, bisa jadi karena ialah benda langit yang bersinar paling terang dibandingkan keempat planet lainnya.
Dahulu, Venus yang memiliki suhu 465 derajat Celsius ini dianggap dua bintang yang berbeda, bintang malam dan bintang pagi karena ialah yang paling tampak saat matahari tenggelam dan terbit. Keduanya dikenal dengan nama Vesper dan Lucifer.
Venus memiliki suhu 465 derajat Celsius. Walaupun bukan merupakan planet yang terdekat dengan Matahari, namun ia memerangkap panas layaknya efek rumah kaca di Bumi (NASA)
(titania/nationalgeographic.co.id, sumber discovery news, space.com)