Waktu si dia ngedeketin kita, sifatnya yang satu ini sama sekali enggak kelihatan. Lama-kelamaan si dia jadi sering uring-uringan sama kita. Kalau ngomong pasti pakai nada tinggi. Hal kecil juga jadi penyebab kemarahan dia sama kita. Duh, kalau begini terus lama-lama kita enggak kuat lagi. Harus gimana?
Sebagai ceweknya, kita mau diperlakukan sewajarnya. Kalau dia memang punya masalah berat yang bikin dia uring-uringan terus, bilang kita bisa menjadi tempat curhat yang baik, kok. Kita enggak mau diperlakukan kasar sama dia, meskipun hanya secara verbal. Enggak mungkin kita diam saja karena hal ini, kan?
Seseorang bisa berubah kalau dia benar-benar didukung sama orang terdekatnya. Bukan berarti kita cewek dominan yang suka ngubah sifat pacarnya, lho. Ini demi kebaikan si dia dan kita juga. Kita harus sering-sering mengingatkan dia buat mengontrol emosinya lebih baik lagi.
Mungkin dia bersikap kayak gitu karena memang banyak masalah. Kita enggak perlu membalasnya dengan tindakan yang kayak dia lakukan. Sebaliknya, coba bersikap baik dan sabar sama si dia selagi kita bisa. Kasih dia perhatian lebih banyak dari biasanya dan enggak pakai nyolot segala.
Sifat dia yang pemarah bikin kita enggak betah lagi menjalani hubungan sama dia. Kita jadi pihak yang enggak bahagia gara-gara sifat buruk dia ini. Kalau sudah enggak merasa bahagia dalam sebuah hubungan, buat apa dilanjutkan, girls?
(lana, foto: girlslife.com)