Shai Mitchell: Bicara Peran Gay, Bullying dan Standar Kecantikan

By Marti, Jumat, 9 Mei 2014 | 16:00 WIB
Shai Mitchell: Bicara Peran Gay, Bullying dan Standar Kecantikan (Marti)

Siapa yang enggak menyukai seluruh karakter persahabatan empat cewek keren di serial Pretty Little Liars? Pasti semua suka dan punya idola masing-masing. Diantara keempat sahabat ini, karakter Shay Mitchell dinilai media dan kritikus film sebagai tokoh yang paling menginspirasi banyak orang, kenapa bisa begitu? Mereka menilai, Shay sebagai cewek normal mampu berperan sangat baik sebagai cewek gay. Sedangkan karakter gay masih merupakan pro dan kontra serta sangat sulit diperankan cewek normal. Gimana cara Shay menanggapi perannya?

Menjawab interview di George Stroumboulopoulos Tonight, Shay menjelaskan karakternya. Kata Shay, memerankannya mudah sekali, tapi menceritakan peran ke semua orang termasuk keluarganya sebagai gay sangat sulit. Pertama kali lolos audisi, Shay galau dan bingung bagaimana caranya bilang ke Ayahnya supaya dia menerimanya. Tapi setelah dia berhasil bilang, dia merasa lega, "Aku bebas! Kayak aku enggak pernah merasa selega itu sebelumnya," jawab Shay.

Shay enggak kepengin seperti seleb lain yang berperan gay padahal dia normal, tapi enggak mau membahas atau mengakui peran itu. Menurut Shay, seleb seperti ini palsu dan munafik. Shay bahkan membuat hal ini casual dan seperti lelucon, "Whew, aku harus pergi besok pagi dan aku menjadi gay. Aku sering bilang seperti itu saat aku party bersama sahabatku," canda Shay.

Shai mengakui ketika seseorang memilih jalan mereka sebagai selebriti, rasanya seperti bumerang. Meski seleb adalah remaja normal yang suka melakukan kesalahan, masyarakat enggak mengenal seperti itu. Shay juga sering tertekan dengan tuntutan karirnya untuk selalu tampil sempurna. "Setiap sesi foto di red carpet yang kita lakukan, kita selalu melihatnya dimana saja, dan berpikir 'Duh, seharusnya aku enggak memakai ini? Apa aku harus begini? Karena ada jutaan orang lain yang akan mengomentari kita," jujur Shay.

"Apapun yang aku unggah di Instagram, dan ketika dikomentari, aku membaca satu persatu dan kadang sangat sedih dan menyakitkan untuk membacanya. Tapi akhirnya aku terbiasa dan hanya melihatnya lalu merasa 'Kita enggak akan bisa memaksa semua orang mencintai kita' Lagi pula itu bukan cita-citaku menjadi seorang publik figur," ungkap Shay yang bilang sering dibully haters.

Shay mengaku sedih, masyarakat terlalu berpaku pada standar kecantikan yang enggak nyata. Makanya, banyak remaja yang berpikir kalau seleb atau model adalah sosok paling sempurna untuk diikuti. Remaja paling muda sekalipun berusaha meniru mereka karena merasa tampil seperti seleb akan menolong mereka terlihat cantik. "Enggak ada yang terlihat seperti itu," ungkap Shay. "Aku punya banyak sahabat supermodel dan kami semua punya kekurangan masing-masing. Enggak ada yang sempurna, kami hanya di Photoshop agar terlihat sempurna. Hal ini gila!" kesal Shay.

Shay yang menjalani karirnya sebagai model mengakui dunia hiburan penuh rekayasa yang enggak sehat buat remaja. Dulu dia juga pernah terperangkap dipola pikiran yang salah. "Makanya aku sangat kepengin banyak remaja muda yang nonton serial kami berpikir saat melihat kami pada adegan bangun pagi, kami bangun dan saat itu kami memakai makeup," cerita Shay. Ia merasa takut kalau remaja ini menangkap pesan yang salah. Mereka berpikir kalau seleb yang dilihatnya bangun pagi secantik itu.

"Aku merasa hal ini sangat penting, karena banyak remaja cewek yang melakukan banyak hal dan apalagi saat kita masih di SMA. Kita mati-matian terlihat sempurna, dan kita pikir kalau ini adalah sesuatu yang wajar dan memang harus terlihat seperti mereka (seleb). Salah! Kamu hanya akan berusaha melakukannya seluruh hidup kamu untuk tampil sempurna seperti mereka," tutup Shay.

(stefanie, foto: seventeen.com)