Bullying: Melibatkan Video Pornografi di Sekolah?

By Astri Soeparyono, Kamis, 24 Oktober 2013 | 16:00 WIB
Bullying: Melibatkan Video Porno di Sekolah? (Astri Soeparyono)

Girls, apa komentar kamu soal kasus video dewasa di SMPN 4 Jakarta Pusat? Kasus yang diduga tindak bullying dan melibatkan video dewasa ini masih dalam penyelidikan Polda Metro Jaya. Sebanyak 17 orang saksi yaitu 10 siswa yang nonton dan merekam, empat pihak sekolah dan tiga penjaga sekolah sudah diperiksa penyidik.

Kasus ini berawal ketika orangtua AE, siswi SMPN 4 Jakarta Pusat, melaporkan kalau anaknya dipaksa melakukan tindakan seks dengan adik kelasnya, FP, sambil direkam menggunakan handphone oleh beberapa orang temannya dengan ancaman pisau. Menurut keterangan orangtua AE, mereka melakukannya di salah satu ruang kelas, pada saat pelajaran sekolah selesai pada pukul 11.50 WIB, Jumat (13/10).

Menurut keterangan Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto kepada Warta Kota ini bukan kali pertama terjadi di SMPN 4 Jakarta Pusat. Rikwanto menyampaikan, sejumlah siswa memang merencanakan untuk mencari kelas yang kosong untuk melakukan perbuatan itu setelah jam pelajaran selesai.

Bahkan, kata Rikwanto, perbuatan seperti ini sudah dilakukan para siswa itu kepada AE sebanyak tiga kali di waktu yang berbeda. Terakhir kali terjadi 9 Oktober 2013 dan dilakukan oleh kelompok anak yang sama.

Berdasarkan laporan orangtua AE, tindakan yang dilakukan dan direkam dalam video itu merupakan hasil paksaan. AE dipaksa untuk melakukan semua yang diperintahkan teman-temannya. Namun hingga kini masih adalam pemeriksaan polisi apakah benar merupakan tindak bullying.

Pada video pertama, selain dua orang pemeran, terdapat dua orang lain yang ikut menonton sekaligus merekamnya. Pada video kedua dan ketiga, terdapat enam orang yang menonton dan merekamnya. "Video itu ada di tiga ponsel, tetapi di dua ponsel sudah dihapus," kata Rikwanto pada Kompas.

Jet (18 tahun), Kelas XII SMK Insan Global Jakarta berpendapat kejadian seperti ini bisa terjadi karena kurangnya pengawasan. "Menurut aku itu bisa jadi karena kurang pengawasan dari orang tua dan sekolah. Terus pendidikan tentang seksnya juga kurang. Padahal kalau sudah SMP itu harusnya sudah dikasih pendidikan atau konsultasi tentang seks. Jadi mereka bisa tahu kalau itu belum waktunya dan berbagai resikonya."

Sementara Leny (16 tahun), Kelas XI SMAN 33 Jakarta heran mengapa hal seperti ini terjadi. "Aneh aja sih bisa sampai kayak gitu. Soalnya di sekolah itu kita kan diajarin untuk jadi anak yang lebih baik dan ada bimbingan konseling juga kan. Terus pasti ada pengawasan dari orangtua juga kan. Tapi kejadian kayak gitu bisa terjadi tergantung sama sekolahnya juga. Kalau di sekolah aku setiap pulang sekolah, kecuali yang ekskul di lantai satu, semuanya pasti disuruh pulang. Setiap jam empat diperiksa sama guru dan satpam di sekolah."

Apa komentar kamu soal kejadian ini, girls?

(astri/aisha, foto: feminist.com)