Pada ajang Developing Solutions for Developing Countries by Institute of Food Technologists yang diselenggarakan di Chicago, Amerika Serikat, dua tim dari Indonesia berhasil membawa pulang gelar juara kedua dan ketiga.
Kedua tim yang berasal dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, berhasil membuat suatu konsep produk biskuit bernutrisi. Konsumen yang dituju adalah anak-anak penderita HIV-AIDS. Kedua produk yang dinamakan Masoca Ball dan Sweepo.
Produk yang difokuskan kepada anak-anak penderita HIV-AIDS di Nigeria ini melihat celah beberapa hasil bumi yang diproduksi oleh Nigeria. Racikan dari kacang tanah, kacang mede, tepung kedelai, pati jagung, wortel, telur, margarine, dan gula ini menghasilkan biskuit dengan kemampuan yang cukup hebat.
Setelah dikonsumsi, kandungan dalam biskuit ini bisa membantu penyerapan nutrisi, mengatur status nutrisi, mencegah pengurangan berat badan secara derastis, menyediakan kalori, vitamin B1, protein, magnesium, dan vitamin A.
Selain itu, karena Alviane Beltia, Stella Denissa, dan Ardiyansah menggunakan bahan-bahan yang diproduksi oleh warga lokal Nigeria, mereka berharap produksi biskuit ini akan meningkatkan nilai dari sumber makanan lokal dan meningkatkan pemasukan serta kesejahteraan para warga.
Biskuit ini menggunakan bahan dasar yang memiliki protein, vitamin A, serta energi. Selain bernutrisi, Sweepo dengan pintar mengunggulkan rasa enak guna menarik perhatian para anak yang terjangkit HIV-AIDS di Papua Indonesia. Manis dan meleleh di dalam mulut, dijamin anak-anak akan berebut untuk bisa menikmati biskuit sehat ini.
Pada tahun 2011, jumlah penduduk Papua mencapai 2.833.381 orang, 35% diantaranya adalah anak-anak. Total kasus AIDS di Papua mencapai 601 kasus dan hampir 7% dari kasus tersebut diderita oleh anak-anak. Mereka membutuhkan nutrisi untuk meningkatkan pertumbuhan dan memperbaiki sistem imun.
Veni Issani, Cynthia, dan Jian Septian menggunakan bahan-bahan yang digunakan juga merupakan sumber daya alam lokal yang mudah ditemukan di Indonesia. Selain menyehatkan anak bangsa, pengembangan industri biskuit sehat ini juga diharapkan bisa ikut meningkatkan tingkat kesehatan, ekonomi, dan sosial di Papua Indonesia.
Prestasi seperti ini merupakan salah satu prestasi yang seharusnya mendapat perhatian dunia. Jika kedua biskuit ini terbukti mampu membantu meningkatkan kesehatan anak-anak penderita HIV-AIDS, semoga pemerintah Indonesia bisa segera membantu pengurusan hak paten dan produksi masal. Setuju girls?
(uswatun, foto: dok. Nutrifood)