Sebagian besar masyarakat di Indonesia punya sifat poor metabolizer dalam hal obat-obatan. Seperti yang dilansir Kompas, pakar biologi molekuler bidang medis Prof. David H. Muljono, itu artinya orang Indonesia cenderung lambat dalam proses memetabolisme obat. Jadi, obat yang masuk ke dalam tubuh diolah dalam waktu yang lama.
Gara-gara hal itu, kita bisa keracunan obat. Soalnya obat yang masuk ke dalam tubuh cenderung makin meningkat, tapi enggak seimbang sama manfaat yang dihasilkan. "Kalau begini, orang Indonesia bisa keracunan obat. Obat terus dikonsumsi, tapi manfaatnya tidak segera dirasakan," kata David pada seminar sehari 'Celebrating 60 Years DNA Discovery' di Titan Centre, Bintaro Jaya, Tangerang, (4/6) kepada Kompas. Hiiiy, serem juga, ya!
Nah, untungnya ada solusi dari masalah ini. Lambatnya metabolisme obat ditentukan sama gen polymorphis bernama CYP2C19. Adanya gen ini menyebabkan tidak semua obat cocok buat semua individu, karena gen ini mengatur metabolisme obat dalam tubuh. David menyarankan segera diterapkan model pengobatan personalized medicine yang sesuai sama pribadi masing-masing. "Gen menentukan berbagai proses dalam tubuh. Kalau gen sudah diketahui, maka upaya kesehatan selanjutnya bisa efektif dan tepat sasaran," kata peneliti senior dari Eijkman Institute ini.
(lana, foto: dailykashmirvision.com)