Ultima Screen Short Films Screening: Film Pendek Sarat Makna

By Astri Soeparyono, Rabu, 20 Februari 2013 | 16:00 WIB
Ultima Screen Short Films Screening: Film Pendek Sarat Makna (Astri Soeparyono)

Meskipun bukan akhir pekan, suasana gedung bioskop di daerah Jalan Jendral Sudirman itu ramai. Hari itu sedang berlangsung acara Ultima Screen. Pemutaran film-film pendek dari mahasiswa Cinema-Desain Komunikasi Visual, Universitas Multimedia Nusantara (UMN) ini, rutin diputar setiap tahun di kampus UMN. Baru tahun ini mereka melepas sebutan 'jago kandang' dengan mengadakan pemutaran selama satu hari di Blitz Megaplex Pacific Place, Jakarta, pada Rabu (20/2) dan dua hari di kampus UMN, Serpong, Tangerang, pada Kamis (21/2) dan Jumat (22/2).

Dengan tiket seharga lima puluh ribu rupiah, para penonton diajak menikmati delapan film pendek. Dari lima belas film pendek yang ada, tujuh lainnya hanya ditayangkan di kampus UMN. This Is What Boogie Did in 2012, The Ponder, Makan. Di. Makan, Wajib, Tangan Baik, Venatus, Haryo, dan Konseptor Kamuflase adalah film-film yang dipilih juri untuk diputar di Blitz Megaplex. Masing-masing memiliki tema yang variatif dan berdurasi tiga sampai tiga belas menit.

 

Kesederhanaan ide cerita dapat kita lihat dari film-film yang diputar Ultima Screen. Haryo, tokoh utama yang dijadikan judul film ini, mengalami dehidrasi di siang hari. Terjadi monopoli air minum di tempat kosnya membuat Haryo sulit menghilangkan dahaganya. Berbagai usaha ia lakukan buat menemukan air minum. Tema sederhana juga ditemukan pada film Wajib yang berdurasi paling pendek. Film ini merupakan dokumenter dari orang-orang yang lupa akan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Masih ada film Tangan Baik, This Is What Boogie Did In 2012 dan Makan di Makan yang mengajak kita berpikir. Tema-tema yang diangkat cukup menyentil kita dari sisi sosial sampai religi.

 

Dua film lainnya cukup menegangkan untuk ditonton, yaitu The Ponder dan Venatus. Warna-warna gelap dalam The Ponder membuat kita ikut masuk dalam atmosfir kelam dari tokoh utama bernama Ben. Kita pun diajak menebak jati diri Ben yang sesungguhnya. Menonton Venatus membuat kita merasa sedang bermain video game. Jo Dempsey punya misi menyelamatkan tunangannya yang sedang koma, karena perbuatan iblis. Ia harus melewati 12 stage biar bisa memenangi game ini.

Konseptor Kamuflase jadi film penutup yang diputar. Film bergenre fantasi ini sangat sulit ditebak, kita diajak memecahkan teka-teki yang ada pada film dengan petunjuk-petunjuk yang ditemukan tokoh utama. Dengan mengangkat soal religi dan seksualitas, film yang disutradarai Monica Tedja ini bercerita tentang seorang perempuan yang terjebak dalam mimpi. Ia dikejar-kejar sosok mahluk bertopeng tikus yang mencoba membunuhnya. Berbagai halangan ia temui waktu mencoba menghindarinya. Gamaliel Tapiheru dari GAC turut serta dalam tim pembuatan film ini, lho. Film yang penuh gambar-gambar bagus yang memanjakan mata ini berakhir di durasi 11 menit 30 detik.

 

(lana, foto: lana, ruang sakit)