Roadshow To UFG 2012: Berhenti nge-bully bareng SMPK 3 Penabur

By Astri Soeparyono, Senin, 15 Oktober 2012 | 16:00 WIB
Roadshow To UFG 2012: Berhenti nge-bully bareng SMPK 3 Penabur (Astri Soeparyono)

Jumat pagi, 13 Oktober 2012, aula SMPK 3 Penabur Jakarta ramai dipenuhi puluhan siswa berbaju batik. Mereka adalah siswa kelas 7, 8, dan 9 SMPK 3 Penabur yang udah enggak sabar pengin ikutan acara Roadshow To UFG 2012. Unbeatable Fun Girl (UFG) adalah ajang yang diadakan W untuk mencari cewek-cewek aktif, gaul, cinta damai dan berprestasi di sekolah. Cewek-cewek yang bisa mencegah bullying dan mengkampanyekan pentingnya menghargai perbedaan. Stop cyber bullyingMakin banyaknya pengguna social media, bertambah pula orang-orang yang enggak sadar melakukan cyber bullying. Makanya W mengangkat tema Stop Cyber Bullying di UFG 2012. Menurut Yayasan Sejiwa, salah satu pemberi materi workshop di UFG 2012, selain cyber bullying,  psikologis, fisik, dan verbal juga termasuk perilaku bullying. Tanpa kita sadari, kita melakukan cyber bullying di social media. Misalnya, posting foto teman dalam ekspresi atau pose yang enggak bagus, lalu diejek bersama teman-teman lainnya. Membajak status BBM teman juga cyber bullying, lho. "Daripada menyindir kesalahan teman di Twitter dengan menggunakan hashtag #nomention, lebih baik ngomong baik-baik langsung sama orangnya. Biar masalahnya selesai sekaligus menghindari cyber bullying," tegas Amal dari Yayasan Sejiwa.Menghargai PerbedaanKelar sharing bareng Yayasan Sejiwa, J-Flow ikutan berbagi cerita pengalamannya seputar bullying. Karena ia pernah jadi korban bully, ia jadi melampiaskan sakit hatinya itu dengan mem-bully orang lain. "Tapi, begitu gue kuliah, ketemu banyak teman baru dari bermacam daerah dengan berbagai karakter, gue jadi berhenti nge-bully. Karena sebenarnya cara untuk berhenti nge-bully adalah dengan menghargai perbedaan," beber J-Flow.Yup, benar banget, tuh! Menghargai perbedaan itu memang wajib kita pratekkan di kehidupan sehari-hari. Enggak cuma menghargai perbedaan agama, adat istiadat, dan budaya, tapi juga menghormati perbedaan idola. Seperti kata Trinzi, pemimpin redaksi W, sekarang ini banyak remaja yang jadi haters. Membenci fanbase yang mengidolakan seleb yang berbeda dengan seleb yang kita idolakan. Kalau bisa jadi lovers kenapa harus jadi haters? Perbedaan justru bikin hidup kita jadi lebiiih berwarna. Setuju?

(isma, foto: yudha)