Sejak kecil, Joe Jonas selalu berada di bawah sorotan. Menjadi anak pendeta mengharuskannya menjadi seorang role model yang selalu tampil rapi dan bersikap baik. "Padahal aku pengin tampil ala anak punk, memakai jaket jins dan main musik. Mungkin inilah alasan mengapa akhirnya aku terobsesi sama musik," aku Joe.
Ketika remaja, dia enggak hanya jadi role model bagi remaja di lingkungan sekitar rumahnya. Setelah bergabung dengan Disney, Joe dan saudara-saudaranya langsung menjadi idola banyak remaja di seluruh dunia. "Aku enggak pernah berpikir kita akan jadi satu band karena awalnya aku dan Kevin cuma membantu Nick mengerjakan proyek solonya," kenang Joe.
Joe enggak pernah bisa lupa kalau kesuksesannya ini enggak lepas dari campur tangan Disney. Tahun-tahun awal menjalani tur terasa berat ketika belum banyak yang mengenal mereka. Joe masih belum bisa lupa cacian yang diberikan kepada mereka. Bahkan dulu ada yang melempar botol minuman ketika mereka manggung."Semua berubah karena Disney. Karena mereka, kami jadi idola remaja. Sebelum kami menyadari perubahan itu, fanbase kami sudah sangat banyak," kenang Joe.
Namun, bekerja untuk perusahaan sebesar itu enggak semudah yang dibayangkan Joe selama ini. "Aku ingat para eksekutif di Disney bilang kalau kami enggak boleh berbuat kekacauan. Jangan sampai kami mengecewakan orang lain, entah itu fans, keluarga besar Disney, dan orangtua kami. Jadi, mau enggak mau kami harus menanggung tekanan itu sendirian. Tekanan yang menurutku terlalu berat untuk ditanggung oleh seorang remaja," cerita Joe. Joe menyebut dirinya dan saudaranya saat itu sebagai frightened little kids karena banyaknya tanggung jawab yang harus mereka emban untuk selalu tampak sempurna.
"Ada masa aku ingin menyerah. Aku merasa sudah sangat capek dengan semua tekanan itu. Tapi, saudara-saudaraku selalu mendukung. Kami selalu mendukung. Bahkan di atas panggung, ketika salah satu di antara kami sakit dan enggak bisa menyanyi, kami selalu tahu apa yang harus dilakukan untuk menutupi kenyataan itu," kenang Joe.
Kedekatan itulah yang membuat Joe sedih banget ketika akhirnya Jonas Brothers harus bubar. Ternyata, proses bubar ini sudah berlangsung lama tapi selalu mereka tutup-tutupi karena enggak pengin membuat orang lain khawatir.
"Waktu itu kami sedang meeting dan untuk pertama kalinya bertengkar karena enggak bisa menyamakan pendapat. Itu juga pertama kalinya kami saling jujur tentang perasaan masing-masing bahwa kami enggak bahagia dengan situasi ini. That fight got loud. I was sreaming. I freaked out. Aku menghabiskan banyak waktu dengan saudaraku dan band ini dan aku enggak bisa terima kalau akhirnya kami menyerah," certia Joe.
Namun setelah memikirkan keputusan ini, akhirnya Joe bisa mengerti kalau situasi enggak mengenakkan ini enggak bisa dipaksakan lagi. Setelah pertengkaran itu, mereka bertiga bertemu kembali dan mengambil keputusan untuk bubar. Bagi Joe, inilah keputusan terbaik yang pernah mereka ambil.
Meski sudah enggak kerja bareng lagi, Joe mengaku kalau mereka akan terus saling mendukung dan bekerja sama. Karena mereka adalah keluarga. "But at the end of the day, we're trying to take care of ourselves as family. And that's fine. And that should be fine."
(iif. foto: aceshowbiz.com)