Lawson: Cinta Amrik & Inggris

By Astri Soeparyono, Senin, 6 Mei 2013 | 16:00 WIB
Lawson: Cinta Amrik & Inggris (Astri Soeparyono)

Gara-gara jadi supporting act dalam salah satu tur The Wanted 2011 lalu, Andy, Joel, Ryan dan Adam dipuji banyak orang. Tiga single pertama mereka When She Was Mine, Taking Over Me dan Standing in the Dark langsung masuk Top 10 di UK Singles Chart. Enggak lama kemudian, di bulan Oktober 2012 lalu, album debut Chapman Square rilis di sepuluh negara.

"Kita senang banget bisa rilis album debut. Soalnya album ini dibuat selama empat tahun lamanya. Judul album ini juga spesial soalnya mengingatkan kita pada tempat pertama kita ngumpul dan main bareng sebagai sebuah band," cerita Joel Peat, gitaris Lawson soal Chapman Square yang bernuansa pop, rock dan dance ini, langsung lewat sambungan telpon dengan W.

Selain jadi tempat ngumpul semua personel Lawson, Chapman Square yang berada di London ini dulunya adalah tempat penuh kenangan bagi Andy dengan mantan pacarnya. Hmm...pantas aja ya album Chapman Square banyak bercerita tentang cinta dan patah hati.

"Kamu enggak akan benar-benar bisa mengekspresikan diri saat menyanyikan lagu yang enggak ada artinya buat kamu sendiri," ujar Andy Brown, sang vokalis, tentang gimana cara mereka bikin lagu-lagu dalam album debutnya itu.

 

Gaya bercerita di lagu-lagu Lawson rupanya terinspirasi dari lagu-lagu country-nya Amrik. Semua itu karena Lawson sering mendengarkan musik country saat mereka berada di Amrik untuk proses rekaman sebagian besar materi album mereka. Enggak heran, banyak yang bilang kalau album debut Lawson terdengar 'Amerika' banget.

Tapi bukan berarti cuma musik atau musisi Amrik yang jadi inspirasi Andy dkk. Musisi Inggris seperti The Wanted dan Ed Sheeran juga diakui Lawson sebagai influence terbesar mereka. "Ed Sheeran juga jadi inspirasi terbesar kami karena dia nulis lagu tentang banyak hal yang nyambung banget dengan kehidupan banyak orang. Kami pengin belajar dari situ," cerita Joel lagi.

(dea, foto: spinsouthwaves.com)