Glee Project Season 2: Congratulation Blake Jenner!

By Astri Soeparyono, Rabu, 5 September 2012 | 16:00 WIB
Glee Project Season 2: Congratulation Blake Jenner! (Astri Soeparyono)

DI Indonesia kita masih mengikuti ajang pencarian bakat The Glee Project Season 2. Tapi di Amerika, season ini sudah berakhir Agustus kemarin. Dan Blake Jenner, peserta dari LA berhasil mengalahkan kontestan lainnya. Wah, jadi pengin kenal lebih jauh sama lima besar peserta kontes ini.

Blake Jenner, the winner

Blake yang baru berusia 19 tahun ini, jauh-jauh datang ke LA dari Florida untuk mengejar mimpi nomor satunya, yaitu jadi aktor. Dia sebenarnya sudah belajar akting dan improvisasi sejak masih kecil. Blake juga suka menyanyi meski belum pernah mempelajari musik sebelumnya. Sebelum mengikuti kompetisi, Blake bekerja di pet shop yang menjual burung beo. Saat berusia 16 tahun, ia pindah ke Los Angeles, lulus SMA dengan cepat, pindah sendiri tanpa bantuan, dan punya tiga pekerjaan sekaligus.  Selama kompetisi Blake dianggap punya kemampuan membangun chemistry dengan baik ketika dipasangkan dengan kontestan lainnya.

Aylin Bayramoglu, the fun girl

Aylin bisa dibilang sebagai seorang Muslim yang enggak ragu buat total ketika harus tampil flirty dan seksi di salah satu penampilannya. Ia ingin membuktikan bahwa budaya keluarganya yang berasal dari Turki enggak membatasi penampilannya di dunia seni. Sebelum ikut kompetisi, cewek yang baru 19 tahun ini aktif sebagai penyanyi jazz di Chicago dan bekerja di toko es krim. Ia pernah ikut audisi American Idol, The X Factor, America's Got Talent, The Sing-Off dan The Glee Project. Meski terus gagal, ia enggak menyerah sampai akhirnya jadi runner up dalam The Glee Project season ini.

 

Ali Stroker, the strong girl

Ali yang berasal dari New York City dan berusia 24 tahun ini sudah menggunakan kursi roda sejak usia dua tahun. Dia pengin banget menginspirasi orang-orang yang juga memiliki kekurangan seperti dirinya untuk tetap bisa bermimpi setinggi-tingginya. Baru-baru ini ia lulus dari salah satu sekolah bergengsi NYU Tisch School of the Arts dan juga sempat pergi ke Afrika Selatan untuk mengajar anak-anak yang terjangkit HIV. Meski suara mezzo-sopranonya bikin kita menganga, pembawaannya yang selalu ceria sempat jadi bumerang buat dirinya sendiri ketika berhadapan dengan lagu-lagu yang bernuansa sedih. Tapi akhirnya dia menjadi runner up ajang pencarian bakat ini.

Lily Mae Harrington, the girl with a big voice

Lily Mae yang berusia 18 tahun ini sudah terjun di dunia teater musikal sejak enam tahun yang lalu. Ia pernah tampil di depan 2.500 penonton Boston's Symphony Hall. Sejak umur sepuluh tahun Lily sadar kalau ukuran tubuhnya besar dan ia enggak minder karena hal itu. Ia pengin menginspirasi banyak orang bahwa semua jenis tubuh bisa jadi leading lady. Selain itu, Lily sadar kalau sifatnya yang kadang terlalu percaya diri dan suka berterus terang membuat orang berpikir buruk tentang dirinya, tapi bagi Lily itu enggak akan membuat ia mengubah siapa dirinya. Meski Lily dianggap punya gairah yang tinggi dan bakat cemerlang, ia masih kerap kali merasa insecure terhadap suaranya yang terlalu keras apalagi saat menyanyi berkelompok.

Michael Weisman, the math geek

Meski Michael baru berusia 18 tahun dan dianggap sebagai kontestan paling muda, jam terbangnya sebagai performer sudah cukup tinggi. Ia sudah cukup lama tampil dengan The Paul Green School of Rock Chicago dan manggung di the Chicago House of Blues. Selain suka passionate sama musik, Michael suka sama pelajaran kalkulus dan menjuluki dirinya sendiri math geek. Dia juga menguasai berbagai alat musik seperti gitar, piano, bass dan harmonica. Michael yang manis ini sempat diberi catatan berkali-kali oleh guest mentor Darren Criss karena ia terlalu kaku dan sering berpikir berlebihan.

(dea)