Pernah mengdengar kata hoarding? Hoarding adalah kegiatan menimbun sampah atau barang-barang enggak berguna. Seperti seperti koran bekas, kemasan plastik, botol minuman, dan benda-benda enggak penting lainnya. Pelakunya disebut hoarder. Kenapa seseorang bisa menjadi penimbun sampah atau hoarder sih?
Hoarding ini termasuk ke dalam sejenis penyakit mental yang disebut Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Meski terlihat sepele, faktanya penyakit ini sulit dihilangkan. Meski sudah dibersihkan dan barang-barangnya sudah dibuang, lama-lama penimbun akan mulai lagi menumpuk benda-benda enggak berguna ini.
Kelainan ini bisa terjadi pada siapa saja tanpa memandang usia, gender, ras, status ekonomi dan sosial, atau agama. Bagi sebagian orang, hoarding, atau Compulsive Hoarding Disorder (CHD) bisa berkembang hingga membahayakan diri dan orang lain.
Misalnya yang mereka kumpulkan adalah koran bekas yang mudah terbakar. Bisa dibayangkan, apa yang terjadi jika tumpukan koleksinya ini tersulut api sedikit saja? Kasus lain, bisa saja tumpukan kertas menjadi tempat persembunyian favorit serangga dan kecoak. Pada akhirnya, CHD juga merupakan masalah serius bagi orang-orang yang berada di sekitar hoarder, termasuk keluarga. Lalu mengapa seseorang bisa menjadi hoarder?
Seseorang dengan CHD dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya kesulitan memproses informasi, sangat percaya pada konsep kepemilikan, atau mengalami stres emosional.
Bagi hoarder, setiap benda memiliki nilai, yang terkadang berlebihan. Mereka percaya bahwa koran bekas, kaleng minuman bekas, dan benda-benda lain sangat berharga dan harus disimpan. Mereka memiliki kesulitan dalam menentukan mana yang dibutuhkan dan mana yang tidak berguna.
Pada sebagian orang, bisa saja ia memiliki begitu banyak barang karena memang bersifat jorok, sebagian lagi memang seorang kolektor, atau tak bisa berpisah dari benda yang sewaktu-waktu akan dibutuhkan. Nah, tipe pengumpul benda yang demikian masih termasuk normal.
(hasto/tabloidnova.com, foto: tvfanatic.com)