Kenapa Bisa Muncul Ide Distopia?

By , Selasa, 22 April 2014 | 16:00 WIB
Kenapa Bisa Muncul Ide Distopia? (cewekbanget)

Tidak ada orang yang pengin punya masa depan yang suram dan serba tidak menyenangkan. Di sinilah cerita distopia muncul sebagai peringatan. Setelah tahu apa sih dunia distopia dan ciri-cirinya, penasaran enggak sih kenapa bisa muncul ide distopia?

Setelah dunia versi The Hunger Games, kita juga kenalan dengan dunia Divergent. Kalau trilogi The Hunger Games sudah dalam proses syuting untuk film ke-tiga, film pertama trilogi Divergent baru akan dirilis akhir Maret 2014. Ada satu persamaan dua cerita yang sama-sama diangkat dari novel bestseller ini, yaitu kondisi distopia yang menjadi latar belakangnya. 

 

Pasti kita sering bertanya-tanya apa yang akan terjadi di masa depan, kan? Nah, cerita-cerita distopia berusaha menjawab rasa penasaran kita ini, tentunya dengan isu tertentu yang jadi pusat permasalahan.

Kita diharapkan lebih peka dan perhatian terhadap isu-isu yang terjadi di sekitar kita (sosial, politik, lingkungan, ekonomi, dan lain-lain) sehingga di masa depan tidak terjadi hal-hal ekstrim yang bisa kita lihat dalam cerita distopia.

Soal kekerasan misalnya. Kalau kita tidak menyuarakan kepedulian kita terhadap kasus kekerasan di kalangan remaja yang belakangan sering terjadi, bukan enggak mungkin akan terjadi hal yang lebih buruk di masa depan. Di sinilah cerita distopia menjadi semacam peringatan.

Kondisi Distopia enggak hanya muncul di fiksi atau film, tapi juga pernah terjadi di dunia nyata. Tepatnya di Kamboja, rejim Khmer Merah pernah menerapkan ideologi komunis yang mengubah secara radikal tatanan politik dan sosial di negara itu.

Selama empat tahun (1976-1979), rejim pimpinan Pol Pot ini mengharuskan rakyatnya untuk beralih ke ekonomi agraria (pertanian). Orang-orang yang tinggal di kota dipaksa untuk menjadi petani. Selain itu, Pol Pot juga bersikeras menjadikan Kamboja sebagai negara yang tidak bergantung kepada pihak mana pun.

Dua hal ini menimbulkan berbagai masalah seperti kelaparan, kematian akibat penyakit (yang sebenarnya bisa disembuhkan dengan bantuan obat dari luar Kamboja) dan pelanggaran HAM (banyak anak dipisahkan dari orangtua karena orangtua dianggap sudah disusupi mental kapitalis, anak-anak ini kemudian dibesarkan dengan doktrin yang berlawanan). Dua juta orang meninggal saat rejim ini berkuasa.

(marti, foto: smokeandstir.org)