Pola Pacaran Remaja Yang Memprihatinkan

By Marti, Kamis, 7 November 2013 | 16:00 WIB
Pola Pacaran Remaja Yang Memprihatinkan (Marti)

Hebohnya video dewasa yang melibatkan anak sekolah membuat banyak pihak yang makin prihatin dengan pola pacaran remaja sekarang. Apalagi, survei yang dilakukan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2012 menunjukkan hasil yang mencengangkan. Banyak di antara remaja yang menjadi narasumber di survei ini menganggap seks pranikah itu adalah hal yang biasa.

Pola Pacaran Remaja

Menurut hasil survei ini, sebanyak 7% cowok menganggap sah-sah saja melakukan hubungan seksual pranikah. Sedangkan sebanyak 4% cewek juga setuju hal yang sama. Mereka beralasan bahwa awalnya mereka hanya sekadar mencoba-coba karena penasaran.

Kalau dulu aktivitas pacaran hanya sebatas pegangan tangan atau sesekali berpelukan, sekarang sudah lebih parah, girls. Masih menurut survei yang sama, sebanyak 48% remaja cowok dan 30% remaja cewek mengaku sudah pernah berciuman. Bahkan, 30% remaja cowok sudah mulai meraba-raba bagian sensitif pasangannya.

Persepsi remaja sekarang tentang pentingnya keperawanan sudah mulai menurun. Jika survei tahun 2007 menunjukkan sebanyak 98% cowok dan 99% cewek menganggap bahwa keperawanan itu penting, maka survei terbaru tahun 2012 menunjukkan adanya penurunan, yaitu 77% cewek dan 66% cowok. Hasil penelitian ini jelas saja membuat kita makin khawatir.

Menurut Dr. Sudibyo Alimoeso, MA dari BKKBN, usia remaja merupakan saat di mana kita mempunyai banyak energi. Sayangnya, sarana untuk melampiaskan energi itu kurang banyak. Minimnya public space dan kegiatan yang memfasilitasi hobi serta keinginan remaja membuat energi itu tersimpan begitu saja. Akibatnya, banyak remaja yang mencari cara lain untuk melampiaskannya, dan salah satunya melalui jalan yang salah, seperti tawuran, merokok, obat-obatan, dan seks bebas.

"Selain itu, kurangnya perhatian dari orangtua yang dimiliki remaja juga membuat mereka beralasan untuk mencoba-coba hal yang membuat mereka penasaran, termasuk berhubungan seksual," tambah Dr. Dibyo. Alasan itu juga ditambah dengan kurang dekatnya anak dengan orangtua serta susahnya mencari informasi yang tepat sehingga banyak di antara mereka yang akhirnya terjerumus ke hal negatif ini.

Enggak bisa dipungkiri kalau remaja sekarang sudah banyak tahu tentang seksualitas, tapi belum tentu semuanya benar. Untuk itu, cara pertama yang bisa dilakukan menurut Dr. Dibyo adalah dengan melakukan pendekatan oleh keluarga.

Enggak harus menunggu orangtua untuk memberikan sex education, girls. Kita bisa, kok, memulai obrolan dengan orangtua dan bertanya apa saja. Jika ada hal yang membuat kita penasaran, sebaiknya kita mencari jawaban dari pihak yang terpercaya seperti orangtua dan guru, daripada kepada teman yang belum tentu mempunyai jawaban yang tepat.

Kita enggak perlu malu atau takut akan terjerumus ke hal negatif kalau tahu banyak tentang seks, girls. Soalnya, menurut survei yang dilakukan WHO, semakin remaja itu tahu, mereka akan semakin mengerti tentang bahaya seks bebas, sehingga enggak akan mencoba-coba melakukannya. Dengan bimbingan orangtua dan guru, kita tentunya akan semakin paham tentang seksualitas ini. Jadi, enggak akan mau, deh, coba-coba meskipun dipaksa atau ikut-ikutan teman.

(iif. foto: newtimes.co.rw)