Kisah Mahasiswa Cewek Pembuat Logo Nike yang Saat Itu Hanya Dibayar USD 35

By Aisha Ria Ginanti, Sabtu, 30 April 2016 | 03:13 WIB
sumber: iamkizzy.com (Aisha Ria Ginanti)

Logo brand Nike yang berbentuk centang yang sangat terkenal itu ternyata dibuat oleh seorang mahasiswa cewek, lho. Yap, ini dia kisah mahasiswa cewek pembuat logo Nike yang saat itu hanya dibayar USD 35 atau sekitar Rp470.000.

Dia adalah Carolyn Davidson, mahasiswi seni grafis di Portland State University yang membuat logo “Swoosh” yang ada di sepatu NIKE saat perusahan pakaian olahraga ini mulai menjalankan bisnisnya. Carolyn pada saat itu lagi mencari kerja sampingan, dia lagi nggak punya uang untuk ngambil ol painting class. Kebetulan, dia berkenalan dengan Phil Knight, salah satu pendiri NIKE yang iseng ngobrol-ngobrol bareng mahasiswa desain grafis. Phil mengaku lagi sama-sama sedang menjalankan usaha sampingan juga yaitu menjual sepatu bersama pelatih larinya, Bill Bowerman di Universitas Oregon pada 1964. Phil yang saat itu masih mengajar sebagai asisten profesor di bidang akuntansi menjalankan bisnis bersama Blue Ribbon Sports, prekursor untuk Nike. Blue Ribbon Sports adalah distributor utama sepatu Onitsuka Tiger dari Jepang. Phil menjual sepatu dengan cara berkeliling.

Mengetahui ada mahasiswa yang butuh kerjaan, Phil kemudian mendekatinya dan bertanya apakah dia bakal tertarik membuat beberapa grafis untuk bisnisnya? Phil menawarkan bayaran kerja US $ 2 per jam untuk satu kali kerja. Carolyn menerima tantangan tersebut. Dia bekerja untuk Blue Ribbon Sports, sebagian besar kerjaannya adalah membuat grafik dan desain produk alam. Beberapa tahun kemudian, Phil memutuskan sudah waktunya untuk mengembangkan bisnisnya ke tingkat berikutnya. Dia pun bergerak menjauh dari sekedar distributor AS dari sepatu lari Jepang dan mulai memproduksi dan menjual lini sepatu sendiri.

Dengan demikian, pada tahun 1971, Phil meminta Carolyn merancang "stripe", yang merupakan istilah slang paling hits pada saat itu untuk menyebut logo sepatu. Logonya megarah ke merek Adidas. Phil lebih lanjut menginstruksikan Carolyn bahwa ia ingin memberikan kesan bergerak. Phil emang sangat menyukai logo Adidas, tapi dia enggak mau logo sepatu buatannya terlihat mirip dengan itu. Bagi Carolyn, ini jadi tantangan baru.

“Phil suka Adidas. Itu jadi masalah buat saya. Dia suka garis Adidas, banget. Nah, di situ tantanganna, ketika kamu benar-benar suka sesuatu, cobalah untuk mendapatkan sesuatu itu dengan melihat dari sii yang berbeda,” katanya dikutip dari todayifoundout.com