Sewaktu saya pindah kost, saya harus menata ulang kamar kost saya. Saat itu, saya harus memindahkan lemari, menempatkan televisi di tempatnya, memindahkan kardus berisi buku, dan lainnya. Teman cowok saya, yang ketika mengetahui kegiatan pindahan ini, berkomentar, ‘kenapa lo enggak manggil gue sih? Kan gue bisa bantu?’
Saat itu, saya sudah sumpek dengan keadaan kamar yang berantakan. Jika menunggu orang lain untuk membantu, hanya akan membuang waktu. Jadi saya pikir, selama saya bisa menyelesaikannya sendiri, kenapa enggak saya lakukan? Kalau memang nanti saya butuh bantuan, saya pasti akan meminta bantuan.
Menanggapi komentar teman tersebut, saya berkata, ‘gue masih bisa sendiri. Lagian kalau nungguin lo atau yang lain buat bantuin bakalan lama.’ Namun, yang membuat saya cukup kaget adalah komentar dia selanjutnya. ‘Ini dia yang bikin lo lama ngejomblo. Kan udah gue bilang, jangan terlalu mandirilah. Enggak usah sok kuat gitu. Sekali-kali lo perlu juga buat kelihatan ‘butuh’, ya at least di depan gebetan lo.’ Ucapannya ini membuat saya berpikir, apa iya saya—atau cewek lainnya—harus kelihatan butuh atau lemah, terutama di depan cowok?
Berbanding terbalik dengan anggapan ini, penelitian ilmiah justru menunjukkan sebaliknya. Kalau sebenarnya justru cowok itu yang lemah. Hal ini diungkapkan oleh Neil Gemmell, seorang ahli genetika dari Universitas Otago, Dunedin New Zealand, ada DNA yang dimiliki cowok yang memengaruhi kesehatan otak, jantung, kekuatan otot, dan tingkat kesuburan. Hal ini disebut Neil Gemmell sebagai ‘kutukan ibu’ dan hal tersebut enggak berlaku bagi cewek.
Pendapat kalau cewek itu kuat sudah banyak diungkapkan, misalnya oleh seleb idola kita. Salah satunya lewat lagu. Klik di sini untuk melihat lagu yang menunjukkan kekuatan cewek.