Saat teman-teman seusia kita pusing memikirkan tentang relationship goals dengan pacar mereka atau lagi ribet dengan baju apa yang harus dipakai pas lagi nge-date sama gebetan, kita tetap diam dan enggak banyak berkomentar. Alasannya karena kita memang lagi jomblo dan enggak punya gebetan. Kadang kita memang envy dengan teman yang punya pacar, ada yang memberikan perhatian dan teman jalan. Tapi kadang, kita merasa belum siap untuk punya pacar. Jelas karena kita masih muda dan menemukan cowok yang tepat itu enggak mudah daripada ujung-ujungnya galau. Tapi, lingkungan sekitar kita, bahkan banyak pemberitaan yang muncul mendukung tentang menikah muda, seolah menyudutkan kita yang jomblo dan membuat kita semakin bingung. Malah dibilang kita harusnya malu karena jomblo? Duh, masak iya, sih? Simak 5 alasan kenapa kita enggak perlu malu jadi jomblo ini, deh, girls!
Punya pacar itu indah apalagi kalau kita punya pacar yang romantis dan selalu memberikan yang terbaik untuk kita, wah rasanya kayak Taylor Swift yang disanjung Tom Hiddleston, deh. Tapi sebenarnya, jadi jomblo itu juga bahagia. Alasannya mudah, kalau kita punya pacar secara enggak langsung kita membuat ekspetasi tentang pacar kita, dia harus sering ngabarin lah, enggak boleh bohong sama kita, harus sering punya waktu untuk kita dan sebagainya. Ketika pacar enggak mampu memenuhi ekspetasi kita tersebut, otomatis kita akan merasa sedih dan kepikiran. Sedangkan, buat kita yang jomblo, kita enggak punya seseorang yang terikat dengan kita dan bikin kita kecewa. Kita pun enggak tertekan dan akan bahagia dengan kehidupan yang kita dijalani.
Seorang psikolog klinis bernama Wendy Wasson, Ph.D. pun berpendapat kalau jomblo itu lebih mampu mengontrol kehidupannya tanpa harus ada paksaan dari orang lain. Kehidupan pacaran memang indah, tapi enggak selalu berjalan indah. Permasalahan itu pasti ada dan akan mempengaruhi kita sedangkan si jomblo enggak akan merasakannya, begitu kata Wasson. Intinya, kita bisa berbuat semaunya tanpa ada ekspektasi dari pacar yang harus kita penuhi. Makasih, deh, udah ada ekspektasi dari orang tua, guru, lingkungan, masyarakat, bangsa, dan negara. Udah cukup, kali, yah?