Reita Faramay, akrab dipanggil Ibu Reita adalah salah satu tokoh public relations yang terkenal di Indonesia. Kontribusinya dalam dunia komunikasi dimulai jauh sebelum ia mendirikan perusahaan sendiri, LUCID Citra Komunika, pada tahun 2005. Perusahaan ini bergerak dalam bidang public relations yang sesuai dengan passion-nya selama ini. Awalnya, ia enggak mengira menjadi public relations adalah passion-nya karena berbeda dengan latar belakang pendidikannya semasa kuliah. Mendirikan perusahaan sendiri juga merupakan hal yang enggak pernah ia mimpikan sebelumnya.
KaWanku punya kesempatan untuk berkunjung ke kantor LUCID Citra Komunika dan mengobrol dengan Ibu Reita untuk berbagi tentang kisah inspiratifnya sebagai perempuan hebat di Indonesia. KaWanku juga mengajak dua pembaca juga yang beruntung bisa mengobrol dengan Ibu Reita, yaitu Renanda, siswi SMA Negeri 2 Bogor, dan Florencia, siswi SMP Negeri 11 Jakarta.
Sebenarnya latar belakang pendidikan saya bukan di PR tapi marketing. Begitu pula ketika masuk dalam dunia kerja, awalnya saya bekerja sebagai marketing di perusahaan properti, yang selalu bekerja berdasarkan target. Walaupun saya selalu mencapai target, saya merasa ini tuh bukan bidang saya. Sampai suatu hari, saya berdiskusi dengan mantan pacar kakak saya dan dia bilang ‘Reita, sepertinya kamu cocok jadi seorang PR’. Saya mulanya agak ragu, karena saya buta dengan dunia ini, sewaktu di kuliah pun enggak mempelajarinya dengan begitu mendalam.
Saya suka bertemu dengan banyak orang dan belajar dari setiap orang-orang yang saya temui. Ketika pertama kali mendapatkan klien perusahaan bidang teknologi, itu jadi tantangan buat saya karena saya juga enggak mengerti tentang dunia teknologi but I have to learn. Jadi saya suka belajar tentang hal-hal yang baru.
Tentunya harus punya kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik karena seorang PR selalu bertemu dan menjalin hubungan yang baik dengan orang-orang. Selain itu, seorang PR juga harus kreatif dan enggak boleh kehabisan ide. Kita juga harus punya kemauan untuk belajar hal yang baru.
LUCID berdiri tahun 2005. Awalnya bernama LUCID Communications namun mulai dari tahun lalu berganti nama menjadi LUCID Citra Komunika karena ada re-branding. Muncul keinginan untuk membangun perusahaan sendiri ada sejak saya bekerja terakhir di sebuah perusahaan operator, saya merasa bahwa ide-ide saya bisa tersalurkan kalau saya membangun perusahaan sendiri. Awalnya sulit sekali tapi saya membangun usaha ini dengan doa, jadi saya percaya bahwa apa pun tantangan yang ada di depan mata itu pasti bisa ada jalan keluarnya.
Saat itu keraguan pasti ada, terlebih lagi saat saya tahu bahwa ada begitu banyak hal yang harus saya lakukan untuk menjadi konsultan PR. Tapi saya berpikir lagi tentang tujuan utama saya membangun LUCID ini, pasti ada konsekuensi yang harus saya tanggung. Kalau saya mau diam saja dan menyerah, tentu bisa. Tapi saya memilih untuk terus maju.