Setiap tahun, jutaan cewek dan cowok mengalami kekerasan di sekolah. Dari informasi yang dirilis UNESCO dan Institut of School Violence Prevention di Ewha Womans University, siswa berumur 11-13 tahun dari negara berpendapatan perkapita rendah dan menengah masih mengalami bullying.
Laporan selengkapnya tentang kasus bullying ini telah dipresentasikan di International Symposium on School Violence and Bullying: From Evidence to Action, Selasa (17/1/2017) lalu.
Perwakilan dari berbagai negara berkumpul untuk membicarakan hak anak-anak di seluruh dunia, untuk mendapatkan pendidikan yang aman dan tanpa kekerasan.
Kekerasan di sekolah dan bullying yang meliputi fisik, psikologis, dan kekerasan seksual adalah hal yang berdampak negatif buat proses belajar-mengajar. Kedua hal ini bisa memengaruhi kesehatan fisik dan mental seorang anak.
Berbagai studi yang dilakukan UNESCO membuktikan, anak-anak dan remaja yang pernah mengalami pengalaman bullying berkaitan sama homofobia, merasakan stres, depresi, anxiety, enggak percaya diri, pengin menyakiti diri sendiri, sampai bunuh diri.
Selain itu, dalam laporan ini juga disebutkan, kekerasan yang terjadi di sekolah terjadi karena adanya stereotip gender, orientasi seksual, dan faktor lain yang berkaitan sama kemiskinan, etnis, juga bahasa.
Dalam polling yang dilakukan kepada 100 ribu remaja di 18 negara tahun 2016 lalu, 25 persen melaporkan mereka kena bullying karena penampilan fisik, 25 persen karena gender dan orientasi seksual, dan 25 persen lainnya karena etnis dan negara asal.
Dengan adanya Simposium di Seoul ini, para partisipan mengemukakan ide-ide mereka untuk melawan kekerasan di sekolah dan bullying. Sebanyak 250 partisipan dari 70 negara ini juga mencari tahu cara paling efektif buat memonitoring perkembangan isu ini.
Mereka juga bakal menaikan kesadaran orang-orang di lingkungan sekolah untuk lebih waspada sama isu kekerasan dan bullying. Enggak cuma guru dan siswa saja, staf administrasi, koperasi, sampai bagian keamanan di sekolah pun mesti turut andil buat memerangi kekerasan di sekolah dan bullying.
“Langkah awal untuk menghindari kekerasan di sekolah dan bullying adalah dengan mengerti bagaimana akar dari permasalahannya. Perkembangan cyberbullying juga ada kaitannya dengan pertumbuhan pesat dalam mengakses internet dan tekonologi lainnya,” ujar Professor You Kyung Han, Pimpinan Institute of School Violence Prevention di Ewha Womans University.
Sumber: unesco.org