Friendzone adalah salah satu masalah percintaan yang sering banget kita alami. Saking populernya istilah friendzone di kalangan remaja, Oxford Dictionary sampai memasukkan kata ini ke dalam kosakatanya, lho! Kalau terjebak friendzone, itu memang bikin nyesek. Tapi bukan berarti kita harus diam aja. Sekarang saatnya untuk bergerak agar bisa keluar dari jebakan friendzone.
Menurut Oxford, friendzone merupakan sebuah situasi persahabatan antara dua orang, tapi salah satu dari mereka memiliki perasaan yang lebih terhadap yang lain. Penjelasan singkatnya begini, si A dan si B akrab banget. Sehari-harinya mereka selalu bareng. Kalau si A sedih, si B selalu ada untuk dia dan sebaliknya. Tapi sebenarnya diem-diem si B naksir sama si A, sayangnya dia enggak bisa ngaku ke si A karena tahu si A cuma nganggep hubungan mereka sebatas persahabatan aja. Duh, nyesek kan?
Ada berbagai situasi friendzone yang mungkin terjadi. Jangan-jangan, salah satunya pernah kita alami, nih.
“Gue udah deket sama dia selama enam bulan. Awalnya kita deket karena pas masuk kuliah, kita kebetulan daftar bareng. Sejak itu kita jadi deket dan sering pergi bareng. Kalau dia selesai kelas duluan, gue pasti nungguin dan begitu sebaliknya. Masalahnya, gue enggka yakin dia juga suka sama gue. Soalnya dia kadang suka ngomongin temen sekelasnya yang cantik banget.” (Adel, 18 tahun, Tangerang)
Terus-terusan berhubungan dengan dia malah bikin dia makin enggak nyadar kalau kita punya perasaan lebih ke dia. Nah, makanya kalau biasanya setiap hari selalu bareng, mulai sekarang kita bisa sedikit jaga jarak. Dengan begini kita bisa tahu apa yang dia rasain kalau kita enggak selalu ada buat dia dan enggak nganggep kehadiran kita cuma sekadar rutinitas dan hal yang biasa.
“Karena gue sayang sama dia, hampir segala hal yang dia minta dari gue pasti gue turutin. Kemarin dia minta gue buat nemenin dia ke toko buku, minggu lalu juga dia minta bantuan gue buat nyari sepatu baru. Tapi kok dia enggak sadar-sadar juga ya kalau semua itu gue lakuin karena gue sayang sama dia?” (Fani, 22 tahun, Bandung)
Bukan berarti kita mesti berubah jadi jutek dan cuek ke dia. Tapi ini berarti kita enggak mesti selalu nurutin apa yang dia mau. Inget, kita bukan bonekanya dia! Kalau dia minta kita buat nemenin ke mall, kita bisa nolak dan bilang kalau kita ada kegiatan lain. Tapi kalau dia emang bener-bener butuh kita untuk alasan penting, kita masih boleh kok bantuin dia. Intinya sih pinter-pinter liat sikon untuk memutuskan kapan kita harus nolak dan kapan kita bisa nerima ajakan dia.
Lihat halaman berikutnya untuk mencaritahu situasi lainnya.