Tumor Otak Memisahkanku Dengan Sahabat Baikku Untuk Selamanya

By Ifnur Hikmah, Jumat, 31 Maret 2017 | 11:17 WIB
foto: theeloquentequine.com (Ifnur Hikmah)

Kehilangan sahabat dekat memang merupakan pengalaman yang menyedihkan banget. Mereka yang tadinya selalu ada untuk kita, setia mendengarkan setiap keluh kesah kita, harus pergi dari kita untuk selamanya. Perasaan sedih dan hancur ini pernah dialami Jessica Aprilliani (22). Lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Esa Unggul ini ingin berbagi kisahnya kepada cewekbanget.id.

“Nama sahabatku ini Alvin. Kami bersahabat sejak SMA. Dia orang yang ceria dan baik banget. Alvin ini seorang sahabat yang ketika dimintai tolong oleh temannya, tanpa basa basi dan banyak bertanya, pasti langsung ia tolong. Banyak orang yang sayang sama Alvin, termasuk aku sendiri.

Semasa SMA, dia sering banget anter-jemput aku dari sekolah ke rumah. Enggak pernah ngeluh sedikit pun. Tapi, tiba-tiba beberapa waktu menjelang UN, Alvin enggak pernah lagi ngelakuin itu. Tapi saat itu aku belum punya prasangka apa-apa.

UN pun selesai dan kami libur panjang. Sejak saat itu aku belum pernah lagi bertemu Alvin. Hingga tiba akhirnya hari wisuda, aku melihat perubahan drastis pada fisik Alvin. Badan sahabatku yang mulanya berisi, tiba-tiba menjadi sangat kurus. Saat itu aku belum tahu kalau ia sakit. Dan kami juga tidak banyak bicara di acara kelulusan itu.”

“Hingga beberapa saat setelah itu, aku mendapat kabar dari teman-teman yang lain, katanya Alvin sakit parah dan sudah tidak bisa apa-apa lagi selain berbaring di tempat tidur. Aku syok. Sakit apa sahabatku ini hingga bisa tak berdaya seperti itu?

Tanpa pikir panjang, aku langsung menjenguk Alvin. Apa yang aku saksikan saat itu bagaikan mimpi. Sahabatku yang ceria, Alvin yang penuh semangat, terbaring tanpa daya di tempat tidur kamarnya. Ia bahkan enggak sanggup lagi membuka matanya. Yang lebih sedih, ia juga enggak mengenali kami lagi. Aku menangis, teman-teman yang lain juga. Hatiku hancur menyaksikan sahabat baikku sakit seperti itu.

Tapi ketika kami berdoa untuk Alvin, saat itu, untuk beberapa menit, aku merasakan tanganku digenggam. Ya, Alvin yang pada saat itu dalam kondisi kritis menggenggam tanganku. Erat. Saat itu aku enggak tahu genggaman itu adalah salam perpisahan terakhir dari Alvin untukku.

Setelah berdoa, kami pulang dan berjanji akan menjenguk dia lagi. Tapi sayang, janji itu enggak sempat kami tepati karena seminggu setelah hari itu, Tuhan memanggil Alvin.”

Baca cerita selanjutnya ya!