Pernah enggak membayangkan hidup jauh dari listrik atau sinyal internet?
Hidup jauh dari listrik dan sinyal ini dialami oleh teman-teman kita yang berada jauh di pedalaman, salah satunya di daerah di Kabupaten Banggai, Luwuk.
Tapi hal tersebut enggak mematahkan semangat mereka untuk terus maju.
Lili Sakilah, yang tergabung di Indonesia Mengajar pernah menjadi guru di Banggai.
Berikut cerita cewek yang pernah menjadi guru di Banggai dan terinspirasi oleh perjuangan anak-anak di sana.
(Baca juga, kisah inspiratif cewek yang sempat pengin berhenti kuliah tapi kini bisa sukses jadi progammer di Kemkominfo RI)
Lili Sakilah atau yang akrab disapa Lili, merupakan salah seorang pengajar yang tergabung dalam sebuah organisasi nirlaba Indonesia Mengajar.
Indonesia Mengajar memiliki visi untuk menyelesaikan masalah pendidikan di Indonesia, sehingga setiap tahunnya mereka membuka lowongan pengajar untuk dikirim ke berbagai daerah di Indonesia.
Lili sudah bergabung dan mulai mengajar di pertengahan Desember 2015 hingga Desember 2016 (selama 1 tahun).
Menurutnya, teman-teman yang menjadi pengajar di sini bukanlah orang-orang yang bisa dikatakan keren, tapi mereka punya hati untuk berbagi.
Berawal dari keresahannya terhadap rutinitas pekerjaan yang enggak berdampak buat orang lain, Lili mencoba untuk keluar dari zona nyaman dan mendaftar di Indonesia Mengajar.
“Selama ini aku di Jakarta bekerja sebagai konsultan dan itu hanya untuk diriku sendiri, gitu. Terus aku punya pemikiran, gimana sih caranya buat berbagi ke sesama? Dan kebetulan Indonesia Mengajar mewadahi aku, jadi aku pikir di sinilah tempat aku bisa berbagi terhadap sesama,” cerita cewek berusia 25 tahun ini.
Lili menghabiskan waktu selama 1 tahun untuk mengajar di SD Inpres Ondo-Ondolu SPC, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Sulawesi Selatan.
Di samping mengajar, Lili juga juga sering menyempatkan diri buat main bersama dengan anak-anak di sana.
Enggak heran, kalau ia juga lumayan paham soal kegiatan anak-anak di sana selain belajar di sekolah.
Lili juga mengakui kalau anak-anak di Banggai enggak kalah keren sama anak-anak yang ada di kota.
“Bukan berarti karena mereka anak-anak desa terus kalah sama anak kota. Justru mereka keren banget dan bahkan di tempatku ada yang masuk olimpiade sains dan bakal berangkat ke Jakarta,” jelas cewek asal Bogor ini.
Sebenarnya enggak ada perbedaan antara kurikulum di Banggai dan Jakarta, cuma sistem pengajarannya aja yang berbeda.
Dan, satu hal penting, kalau anak-anak di daerah punya potensi besar buat kemajuan dan perkembangan bangsa.
Selain itu, mereka juga bisa memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah di daerah mereka masing-masing.
Simak perjuangan anak-anak di Banggai yang harus menghadapi keterbatasan di halaman selanjutnya.