Curhat Cewek yang Punya Teman Kleptomania, Sering Diberi Barang yang Ternyata Hasil Curian

By Kinanti Nuke Mahardini, Rabu, 28 Maret 2018 | 23:30 WIB
7 Alasan Kita Boleh Menyimpan Rahasia Sendiri dan Enggak Semuanya Harus Diceritakan ke Sahabat (Kinanti Nuke Mahardini)

Siapa yang tidak senang memiliki seorang teman yang sangat perhatian? Teman yang peduli pada hal-hal kecil tentang kita, seperti perasaan bahkan kesehatan kita. Tidak jarang ia juga memberikan kita barang-barang padahal kita sedang tidak merayakan ulang tahun atau acara spesial lainnya. Namun, kita pasti bakal sedih atau kecewa ketika tahu apa yang dikasih ternyata adalah hasil curian.

Dina (20), seorang mahasiswa baru di salah satu Universitas Swasta di Jakarta akan menceritakan pengalamannya kepada cewekbanget.id. Pengalaman ini ia alami sekitar 2 tahun lalu, ketika ia duduk di kelas XI. Berikut curhat cewek yang punya teman kleptomania dan sering diberi barang yang ternyata hasil curian.

"Kami baru saling bertemu ketika tahun ajaran baru. Sebelumya kami berada di kelas X yang berbeda dan kini menjadi satu kelas. Kami berdua datang terlambat saat itu. Sudah tidak ada tempat duduk dan akhirnya kami memutuskan untuk duduk berdua. Sejak saat itu kami menjadi teman satu bangku.

Dia baik dan perhatian. Tidak hanya itu, dia juga sering memberikanku barang-barang meskipun aku tidak membutuhkan. Sebagai alasan dia bilang itu tanda persahabatan kita. Sebenarnya tidak apa, namun aku yang tidak bisa membalas kebaikannya.

Suatu ketika ia memberikanku dompet koin bernuansa Korea. Aku sangat senang sekali karena selain bentuknya yang bagus, aku juga merupakan pecinta Negeri Gingseng tersebut terutama dengan dunia hiburannya (KPop).

Saking senangnya aku sampai membawa dompet tersebut kemana pun termasuk ketika aku jajan di kantin. Awalnya aku biasa saja, namun lama kelamaan ada yang aneh ketika semua orang memandangiku ketika aku membawa dompet tersebut.

Dua minggu berlalu saking tidak tahannya aku akhirnya menanyakan kepada teman sebangkuku selaku pemberi. Ia bilang tidak tahu dan tidak usah diperdulikan. Aku tidak menyerah, aku menanyakan hal tersebut kepada teman kelasku yang lain. Betapa terkejutnya aku kalau teman satu sekolah menuduhku mencuri dompet tersebut karena dompet tersebut sangat mirip dengan dompet anak kelas lain yang hilang.

Aku menangis karena hal tersebut. Akhirnya aku mendatangi anak si pemilik dompet tersebut dan mengembalikan dompet itu. Aku hanya menjelaskan bahwa aku diberi oleh X yang merupakan teman sebangku. Anak itu nampak kaget, namun ia tidak mananggapinya denganserius. Ia hanya bilang “mungkin dompet kita samaan, tapi makasih kamu udah mau kasih dompet kamu ke aku karena dompet aku hilang.” Aku hanya tersenyum dan berlalu.

Kembalinya ke kelas aku menanyakan kepada temanku dari mana dompet tersebut dan dengan raut wajah takut dan malu, ia mengaku bahwa ia seorang kleptomania. Aku shock kemudian menangis. Dia juga menangis. Kami sudah bersahabat cukup lama tetapi aku tidak mengetahui apa masalahnya.

Keesokan harinya kami mendatangi wali kelas dan menceritakan hal tersebut. Kemudian temanku mendapatkan solusi untuk terapi. Terapinya dilakukan di dalam sekolah. Perlahan-lahan ia mulai sembuh, meskipun ia mencuri namun kami sudah hapal dan yakin dia akan mengembalikannya.

Ia kini berkuliah di Bandung. Jika dia di Jakarta, kami pasti menyempatkan untuk bertemu dan melepas rindu. Tidak masalah dengan kekurangannya, yang penting aku bisa berada di sampingnya sebagai sahabat yang baik."

Kleptomania merupakan sebuah gangguan mental yang memiliki keinginan untuk mengambil sebuah barang yang dianggapnya menarik. Keinginan tersebut datang secara spontan dan biasanya tidak ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Keinginan tersebut dapat terjadi di mana saja dan tidak ada yang dapat mempredeksi. Seseorang menjadi kleptomania karena ia merasakan ketegangan saat mencuri dan mendapatkan kenikmatan bahkan kelegaan yang luar biasa ketika ia berhasil mengambil barang yang diincarnya.

Kleptomania bukanlah penyakit, namun hanya gangguan mental dan tentunya dapat disembuhkan. Hampir seluruh gangguan mental dapat disembuhkan hanya dengan dukungan yang intensif dari keluarga dan orang-orang terdekat. Usahakan untuk selalu berada di orang yang mengalami klpetomania, alihkan perhatiannya, dan mulailah jadi pendengar yang baik untuk orang terdekat.