Kasus perkosaan dan kekerasan seksual bukan lagi masalah yang baru di Indonesia. Semakin banyaknya praktik kejahatan ini terjadi, semakin kencang pula mitos-mitos tidak benar yang berkenaan dengan perkosaan.
Parahnya, mitos-mitos yang terus berkembang ini merugikan korban pemerkosaan. Berdasarkan Lembar Fakta Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan 2014 – k12, yuk, kenali 11 mitos soal perkosaan yang enggak perlu kita percaya!
(Baca juga: 7 Tanda Kalau Pacar atau Gebetan Kita Adalah Seorang Narsistik)
Faktanya, korban bisa merupakan anak kecil atau bahkan berjenis kelamin laki-laki. Banyak korban perkosaan malah berpakaian formal, bahkan berpakaian muslim.
Faktanya, siapa saja bisa menjadi korban perkosaan, baik itu laki-laki, perempuan, remaja, orang dari berbagai kelompok, usia, suku, dan agama.
Faktanya, perkosaan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Baik siang, malam, di sekolah, kantor, bahkan rumah.
Faktanya, respon korban beragam, ada yang histeris, melawan, dan diam mematung karena ketakutan.
Faktanya, banyak korban perkosaan takut melapor karena trauma hebat.
Faktanya, banyak pelaku adalah terdekat korban, seperti: paman, ayah, guru, dosen, pacar, guru agama, dll.
(Baca juga:Jomblo Enggak Harus Galau! Ini Dia 5 Zodiak yang Bangga Menjomblo)
Faktanya, perkosaan tidak melihat latar belakang pendidikan dan pekerjaan.
Faktanya, pemerkosa sering tidak mengalami gangguan jiwa dan sakit sama sekali.
Faktanya, banyak yang hubungannya baik-baik saja dengan istrinya, tetapi tetap menjadi pelaku.
Faktanya, sebanyak 59% atau 5.102 kasus berupa kekesaran terhadap istri.
Faktanya, alkohol dan narkoba bukanlah pembenaran perbuatan untuk memperkosa.
(Baca juga: Wajib Tahu! 5 Cara Menghadapi Teman yang Munafik)