5 Kisah Cinta Paling Tragis di Cerita Rakyat Pulau Jawa. Mengharukan!

By Kinanti Nuke Mahardini, Sabtu, 24 Februari 2018 | 03:00 WIB
(Kinanti Nuke Mahardini)

Girls, coba sebutkan kisah cinta dari cerita rakyat di Pulau Jawa. Kisah cinta yang populer antara lain tentang Roro Jonggrang dan Tangkuban Perahu. Selain kedua kisah cinta tentang cerita rakyat tersebut, ternyata masih banyak kisah cinta dalam cerita rakyat yang justru berakhir tragis.

Berikut 5 kisah cinta yang paling tragis di cerita rakyat Pulau Jawa:

(Baca juga: 5 Film Indonesia yang Kurang Terkenal di Negeri Sendiri Tapi Laku di Luar Negeri)

Kisah ini berasal dari Jawa Barat yang mengisahkan tentang sepasang suami istri bernama Aki Ambu Kolot dan Nini Arga Piara. Keduanya sudah menikah hampir puluhan tahun, namun keduanya tidak kunjung dikaruniai seorang anak.

Pada suatu waktu, Aki Ambu Kolot memutuskan untuk melaut demi mencari makan untuk istrinya. Tragis, ditengah saat Aki Ambu melaut ia meninggal dan berubah menjadi batu karang.

Nini Arga Piara yang sangat mencintai Aki Ambu kemudian berdoa pada Tuhan agar dirinya memiliki bentuk yang sama dengan Aki Ambu, Tuhan mengabulkan doa Nini Arga. Akhirnya, Nini Arga dan Aki Ambu berubah menjadi batu karang yang hingga kini ada di Pantai Karang Nini.

Perang Bubat merupakan salah satu perang terhebat yang pernah ada di tanah Jawa. Konon, di balik perang tersebut terdapat kisah cinta yang sangat tragis antara Putri Dyah Pitaloka dan Hayam Wuruk.

Hayam Wuruk dari Majapahit jatuh cinta dengan Putri Dyah Pitaloka. Ia akhirnya mengirim surat pada Maharaja Linggabuana (ayah dari Dyah Pitaloka) untuk mempersunting putrinya. Surat tersebut diterima dengan baik.

Pernikahan yang telah ditentukan membuat Maharaja Linggabuana bersiap berangkat ke kerajaan Majapahit. Namun, Gajah Mada mengira kedatangan Maharaja Linggabuana untuk menyerahkan diri.

Merasa dijebak, Maharaja memutuskan berperang dan terjadilah perang Bubat. Pitaloka yang pada awalnya mencintai Hayam Wuruk memutuskan untuk bunuh diri karena kesalahpahaman yang terjadi dalam perang.

Kisah ini berasal dari Pati, Jawa Tengah. Mengisahkan tentang Roro Mendut dan kekasihnya, Pranacitra. Kecantikan Roro Mendut sudah terkenal di seluruh tanah Jawa hingga akhirnya Adipati Pragolo dan Tumenggung Wiraguna ingin mempersuntingnya menjadi seorang selir.

Namun, cinta Roro Mendut yang amat besar bagi Pranacitra membuatnya lebih baik menjadi pekerja dibanding menjadi selir. Tumenggung Wiraguna yang marah akhirnya memerintahkan anak buahnnya membunuh Pranacitra.

Setelah Pranacitra meninggal, Roro Mendut diajak ke makamnya. Merasa sakit hati, Roro Mendut bunuh diri di sebelah makam kekasihnya.

(Baca juga: Intip Foto Masa Kecil 8 Pasang Seleb Indonesia yang Saudaraan. Dari Dulu Sudah Kompak!)

Kawah Sikidang yang berada di dataran tinggi Dieng ini ternyata memiliki kisah cinta yang cukup tragis. Putri Shinta Dewi merupakan seorang perempuan yang sangat cantik namun tergila-gila dengan harta kekayaan.

Pangeran Kidang Garungan memutuskan untuk melamar dirinya berapapun mas kawin yang diminta oleh Putri Shinta Dewi. Pangeran Kidang Garungan yang sangat mencintai Shinta Dewi menggelar pernikahan sesuai kemauan Shinta Dewi.

Sayangnya, Shinta Dewi hanya mencintai hartanya karena ia tidak mau menikah dengan laki-laki berkepala Kidang (Kijang). Menjelang hari pernikahan mereka, Shinta Dewi meminta dibuatkan lubang yang besar untuk sumur.

Namun, ketika Pangeran Kidang Garungan menggali, dirinya justru ditutup dengan tanah. Pengorbanan Pangeran Kidang yang tulus dibalas dengan kejam oleh Putri Shinta Dewi.

Sebelum meninggal, Pangeran Kidang mengutuk bahwa keturunan Putri Shinta Dewi akan berambut gembel (gimbal). Oleh karena itu di dataran tinggi Dieng, masih banyak ditemukan orang yang berambut gimbal.

Kyai Pasir dan Nyai Pasir merupakan sepasang suami istri yang saling mencintai. Mereka hidup sederhana dan selalu berhati-hati dalam setiap perbuatan. Sayangnya, pada suatu waktu karena tidak ada makanan, Kyai Pasir memasak telur yang ia temukan di hutan.

Telur tersebut ternyata telur Naga. Sesaat setelah memakan telur tersebut, Kyai Pasir dan Nyai Pasir berubah menjadi Naga. Mereka kemudian berguling di tanah dan menimbulkan cekungan yang kini diberi nama telaga pasir.

Terdapat cerita yang mengatakan bahwa Kyai Pasir dan Nyai Pasir yang telah berubah menjadi naga berpisah untuk menebus kesalahannya.

(Baca juga:  Sedih, 11 Bahasa Daerah Asli Indonesia Ini Dinyatakan Punah. Kok Bisa?)