1. Komunitas membangun itu penting. Maksudnya, kita punya andil untuk memilih dengan siapa kita bergaul dan siapa saja yang berada pada lingkaran pertemanan kita. Kalau misalkan kita berteman dengan orang-orang yang punya temperamen keras, bukan tidak mungkin kita juga bisa tertular.
Setiap pertemanan memang punya kepribadian yang berbeda-beda, tapi jangan sampai berat ke salah satunya. Berteman sama siapa saja boleh, tapi pilih teman-teman terdekat dan komunitas yang membangun.
2. Pengendalian diri yang kuat. Di usia remaja, wajar kalau kita sulit untuk mengontrol emosi. Tapi bukan berarti sama sekali tidak bisa. Saat ada masalah, fokus pada penyelesaian dengan pikiran positif dan menguntungkan kedua belah pihak, bukan malah gimana caranya agar bisa menang sendiri.
(Baca juga: Bukan Hanya Korban Bullying Saja yang Menderita, Bystander atau Penonton Juga Bisa Mengalami Trauma)
3. Pikirkan konsekuensi ketika asal main keroyok. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, main keroyok bukan menyelesaikan masalah tapi justru menambah masalah. Mindset itu segalanya, girls. Jadi, selalu pasang mindset poin dalam pikiran kita.
4. Jangan pernah jadi penonton pengeroyokan. Dengan kita menonton atau mungkin malah merekam hingga video jadi viral, kita sebenarnya sudah menjadi pelaku pengeroyokan. Kalau kita tidak bisa melerai pengeroyokan, maka lebih kita segera melaporkan kepada pihak berwajib.
Dengan kita melakukan empat cara di atas, bukan tidak mungkin kita akan mengurangi kasus pengeroyokan antar siswa di Indonesia.