Curhat Korban Verbal Abuse dalam Hubungan Pacaran. Sering Dikata-Katain Negatif

By Kinanti Nuke Mahardini, Kamis, 1 Maret 2018 | 07:20 WIB
foto: dramabeans.com (Kinanti Nuke Mahardini)

Girls, pernah sadar atau enggak kalau ternyata verbal abuse sering terjadi di sekitar kita. Secara tidak kita sadari, kita bisa saja pernah mengalami verbal abuse tersebut. Entah dari orang tua, teman, sahabat, bahkan pacar.

Secara harfiah, verbal abuse merupakan kekerasan dengan verbal atau kata-kata. Kekerasan tersebut dapat disampaikan melalui percakapan langsung bahkan dalam bentuk chat atau tulisan.

Verbal abuse ini dapat menimpa siapa saja dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Enggak memandang usia dan jenis kelamin, siapa saja bisa menjadi korban verbal abuse.

Dalam hubungan pacaran, verbal abuse ini ternyata sering terjadi. Bentuk kekerasan ini enggak baik untuk kita karena bisa memberikan dampak psikologis. Sama seperti curhatan Indar (24) dan Aziz (23) yang pernah menjadi korban verbal abuse oleh pacarnya ketika keduanya menjalin hubungan romantis.

Yuk kita intip bagaimana curhat keduanya yang menjadi korban verbal abuse dari pacarnya, sedih banget dan bikin pengin nangis!

(Baca juga: 7 Tipe Chat Cowok yang Menunjukan Kalau Dia Melakukan Verbal Abuse!)

“Dia orangnya pendiem dan penyabar banget awalnya. Aku enggak ngerti kenapa dia tiba-tiba kasar bahkan bilang aku cewek murahan dan munafik."

Aku sama pacarku udah pacaran sekitar empat tahun. Aku selalu jatuh cinta sama dia karena dia itu orangnya baik, pendiem, dan penyabar. Empat tahun pacaran sama dia, bikin aku mantap dan siap jalan ke hubungan yang lebih serius.

Ketika mulai jalan ke hubungan yang lebih serius, dia mulai berubah. Hal itu mungkin karena dia tahu aku masih ada harapan sama mantanku sebelum dia. Banyak juga cowok yang deketin aku, yang enggak aku respon. Mungkin dia cemburu dan akhirnya jadi bertindak kasar sama aku.

Kalau dia udah mulai marah, dia bakal mulai melancarkan kata-kata kasarnya. Mulai dari cewek munafik, murahan, semua kata-kata itu pasti aku terima. Tapi aku orangnya juga keras kepala, semakin dia ngatain aku, semakin aku bakal lawan dia.

Kalau dia udah gemes banget sama aku, udah kesel, dia pasti nutup mulut aku pake tangan atau tangan aku digenggam keras.

Aku berkali-kali minta putus karena dianya yang kasar. Tapi setiap aku minta putus, dia selalu nangis dan minta maaf. Hal itu tentu bikin aku enggak tega dan kami balikan lagi. Begitu terus. Berantem, minta putus, dia minta maaf dan nangis, kami balikan.

Puncaknya, karena masalah orang tua sih, dan akhirnya kami pun pisah. Udah 4 bulan aku putus sama dia. Kami berdua benar-benar lost contact.

Aku merasa damai karena enggak perlu lagi kontakan dengan cowok kasar seperti dia. Aku pribadi berpikir bahwa mungkin faktor LDR yang membuat kami seirng berantem hingga dianya tega mengeluarkan kata kasar. Entahlah, aku hanya berharap kami bahagia dengan jalan yang kami pilih." (Indar, Jakarta)

(Baca juga: Curhat Cewek yang Menjadi Korban Kekerasan Fisik dari Pacarnya, Sedih Banget!)

“Ya gitu, dia sering banget manggil aku dengan sebutan njing.”

Hubungan aku sama dia memang baru berjalan sekitar 2 bulan. Dahulu kami bersahabat, namun aku baru mampu mengungkapkan perasaanku pada dirinya sekitar 3 tahun kami bersahabat.

Dua bulan pacaran, aku merasa jadi cowok paling beruntung karena bisa mendapatkan sahabat aku sendiri. Cewek populer di kampus. Dia juga cantik. Sayangnya, kebahagiaan aku enggak bertahan lama.

Aku ingat betul, pada bulan Mei, dia mulai berubah padaku. Contoh simpelnya, dulu ketika mengajak aku makan atau jalan, dia pasti lembut dan sopan, seperti “Sayang, makan yuk ” tapi semenjak bulan Mei itu dia berubah. Ketika mengajak aku jalan atau makan dia hanya bilang “Heh, njing, makan yuk. Laper.”

Aku sudah pernah menanyakan apa alasan dia berkata kasar padaku. Jawabannya hanya aku pernah menjadi sahabatnya. Dulu ketika bersahabat kami juga saling memanggil dengan sebutan itu, jadi wajar baginya.

Mungkin wajar baginya, namun tidak bagiku. Kami memang bersahabat, tetapi itu dahulu. Saat ini status kami adalah sepasang kekasih. Memanggil dengan sebutan tersebut tentu tidak sopan.

Kami putus satu bulan kemudian. Sesaat setelah itu dia langsung mendapat kekasih baru. Hingga kami putus, dia masih sempat memberikan kata-kata kasar dan menyakitkan seperti “Kamu ngebosenin, jelek, jadinya aku pergi.”

Sejak diberi kata-kata itu, aku juga tidak bisa melawan karena dalam hatiku aku menyayanginya. Aku tidak mau menyakiti hatinya dengan kata-kata kasar yang aku keluarkan. Semoga dia bahagia dengan pilihannya." (Aziz, Solo)

(Baca juga: 6 Sikap Cowok yang Tanpa Kita Sadari Ternyata Merendahkan Cewek)

Dari contoh, verbal abuse bisa terjadi pada siapa saja. Siapa saja juga bisa menjadi pelaku. Namun, kita harus paham, baik sebagai pelaku atau korban, kalau hal ini tidak boleh diteruskan.

Jenis verbal abuse sangat banyak, girls. Mengancam, menyalahkan, berpikir negatif, dan bahkan secara jelas memberikan kata-kata kotor termasuk dalam verbal abuse itu sendiri. Hal yang harus kita ingat ialah, verbal abuse dapat memberikan dampak negatif pada psikologis kita.

Sebagai contoh, kita selalu dikata jelek dan bodoh oleh pacar kita. Tidak menutup kemungkinan, kita akan berpikir kalau kita memang seperti itu karena perkataan orang lain. Lebih jauh lagi, kita bisa minder bahkan depresi.

Tidak ada yang bisa mengubah kondisi tersebut kecuali diri kita sendiri. Jika pacar sudah memberikan kata-kata yang kasar dan tidak sesuai dengan diri kita, membuat kita tidak nyaman, kita bisa mendiskusikan mengapa dia harus memberikan kata-kata tersebut.

Apabila sudah tidak bisa dengan diskusi, berpisah adalah jalan terbaik karena diri kita terlalu berharga untuk diinjak melalui kata-kata negatif dan tidak pantas.

(Baca juga: 8 Pujian yang Ternyata Merendahkan Cewek Tapi Kita Sering Enggak Sadar