Women’s March Jakarta 2018, Untuk Kesetaraan dan Akhiri Kekerasan Pada Perempuan

By Indra Pramesti, Sabtu, 3 Maret 2018 | 16:45 WIB
Women's March 2018 untuk kesetaraan! (Indra Pramesti)

Hari Sabtu, 3 Maret 2018, lebih dari 2,000 orang ikut serta dalam Women’s March Jakarta 2018 untuk menyuarakan aspirasinya dan menuntut pemenuhan hak perempuan dan kelompok marjinal lain.

Perwakilan dari semua lapisan masyarakat – dari pekerja rumah tangga dan buruh migran sampai anak SMA dan pejuang HAM juga ikut jalan bersama dari Hotel Sari Pan Pacific, Jl Thamrin, ke Taman Aspirasi di depan Istana Negara.

Untuk banyak peserta, Women’s March Jakarta 2018 adalah pertama kali mereka ikut pawai seperti ini. Mereka tertarik menjadi terlibat karena mereka ingin lakukan sesuatu untuk membantu menyelesaikan persoalan-persoalan yang masih sering ditemukan di seluruh Indonesia, seperti perkawinan anak, eksploitasi pekerja perempuan, pelecehan seksual, kekerasan berbasis gender, dan sunat perempuan.

Acaranya diramaikan dengan orasi dari Anis Hidayah (Migrant CARE), Azriana (Komnas Perempuan), Leni Suriyani (Jala PRT) dan banyak lainnya, serta penampilan musik, pembacaan puisi, dan tarian dari tokoh-tokoh seperti Melanie Subono, Hannah al Rashid, Lala Karmela, dan Saras Dewi.

Cewekbanget berekesempatan mewawancarai peserta dengan antusiasme tinggi mengikuti Women’s March Jakarta 2018, salah satunya Mayang yang baru pertama kali mengikuti pawai ini.

Mayang pengin aspirasinya yang menolak RKUHP segera terwujud. Menurutnya, rancangan RKUHP ini sangat bermasalah dan mendiskriminasi perempuan. Terutama dalam pasal perluasan zinanya yang bisa menyerang siapapun termasuk anak di bawah umum.

“Harapanku semoga rancangan RKUHP ini jangan sampai sah. Setara itu bukan ada yang di atas tapi kita semua sama. Ini bukan soal gender. Semoga tahun depan Women’s March ini lebih ramai lagi.”

Selain Mayang, Fika juga enggak kalah. Fika menceritakan di balik filososfi poster yang dia bawa tentang ‘Keperawanan adalah konstruksi sosial’. Menurutnya perempuan enggak selayaknya dinilai dari keperawanannya doang.

“Menurutku keperawanan itu cuma mitos. Aku pengin lewat poster ini kita semua tahu kalau keperawanan enggak bisa jadi ukuran seberapa berharganya cewek.Aku juga berharap lewat Women’s March ini isu perempuan jadi makin mainstream karena feminisme itu artinya bukan soal perempuan lebih tinggi dari laki-laki, tapi sama. Karena yang harus dilawan itu bukan laki-laki tapi patriarki.”

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, pun menyapa dengan baik adanya gerakan global Women’s March di Indonesia, dengan posting di Instagramnya: “Dalam membangun Indonesia, kita butuh perempuan-perempuan tangguh. Ada yang langsung terjun ke lapangan, ada yang menjaga tatanan keluarga… Selamat ke pada para perempuan yang hari ini mengikuti Women’s March, dalam rangka Hari Perempuan Dunia yang akan jatuh pada tanggal 8 Maret.”

Namun, pihak Women’s March Jakarta 2018 menekankan bahwa masih ada banyak PR sebelum persoalan-persoalan perempuan di Indonesia bisa dianggap selesai. “Terima kasih Pak Jokowi sudah ikut merayakan,” kata Naila Rizqi Zakiah, Wakil Ketua Women’s March Jakarta 2018. “Tapi kami butuh lebih dari sekedar selamat. Kami butuh RKUHP dikaji ulang, kami butuh lebih hukum yang memihak pada korban, bukan mengkriminalisasi korban. Ayo Pak, penuhi tuntutan kami!”

Women’s March 2018 diadakan bukan hanya di Jakarta tapi di 12 kota lain di Indonesia, mulai dari tanggal 3 Maret sampai dengan 10 Maret.