Bukan hanya putus dari pacar saja yang bikin sedih, malah putus dari sahabat jauh lebih menyakitkan. Jika ada masalah sama pacar, bisa curhat sama sahabat. Kalau masalahnya sama sahabat, lalu curhat ke siapa? Iya kalau punya pacar, kalau enggak?
Karena itu, banyak yang sulit untuk bisa move on dan merasa sangat sedih ketika persahabatan harus berakhir. Tidak bisa dipungkiri, ada banyak faktor yang memaksa sebuah persahabatan harus disudahi, rela atau enggak rela.
Putus dari sahabat memang menyakitkan, tapi ini 7 tahapan yang harus dilalui sampai bisa move on.
(Baca juga: jangan anggap remeh phubbing, alias meremehkan orang lain karena sibuk mengecek hape)
Fase berantem
Dalam persahabatan, wajar jika ada drama dan masalah sebelum akhirnya memutuskan untuk menyudahi persahabatan. Alasannya bisa sepele, seperti sering ingkar janji, atau serius seperti menikam dari belakang.
Tentunya kesalahan ini akan sangat sulit untuk dimaafkan dan bisa bikin kita sakit hati, juga patah hati.
Namun, kita tetap berusaha untuk memperbaiki keadaan. Namun, di sisi lain ada bagian hati kita yang tidak bisa menerima diperlakukan seperti ini sehingga merasa muak dengan hubungan persahabatan tersebut.
Yang harus kita pahami adalah, enggak semua pertengkaran dengan teman harus berakhir putus. Cari tahu apakah masih bisa dimaafkan dan melanjutkan hubungan.
Kalau hanya masalah sepele, kita bisa mencoba untuk belajar memaafkan dan melupakan.
Marah yang tidak terkendali
Setelah semua drama tersebut, kita mungkin akan merasa marah. Bukan tidak mungkin kita jadi kepikiran semua kesalaha sahabat.
Berada di fase ini, sebaiknya beri ruang untuk diri sendiri. Jauhkan diri dari handphone sehingga kita tidak terpikirkan untuk melakukan hal yang mungkin akan kita sesali nanti. Karena ketika marah, kita cenderung bersikap jahat dan malah bisa memperkeruh keadaan. Atau mungkin mengungkit masalah lama yang sebenarnya sudah selesai.
Karena itu, tenangkan diri dengan cara melakukan hal yang bisa bikin kita tenang, sampai akhirnya kita bisa berpikir jernih dan mengambil keputusan dengan akal sehat.
(Baca juga: 5 cara menghadapi teman munafik)
Sedih yang tak berujung
Setelah semua amarah hilang, kita pun dilanda rasa sedih yang tak berkesudahan. Soalnya, ada bagian dari hidup kita yang hilang. Apalagi kalau kita sudah bersahaabt sangat lama.
Kita jadi mengingat kembali kebersamaa dulu dan kangen dengan masa lalu ketika semuanya baik-baik saja. Berada di momen ini, tidak ada salahnya untuk menangis melampiaskan emosi.
Meskipun putus hubungan adalah jalan terbaik, misalnya mengakhiri pertemenan dengan toxic friend, tetap saja itu akan terasa menyakiti hati kita.
Bisa saja kita jadi kepikiran untuk berdamai. Namun kenyataannya, kita enggak bisa mengubah masa lalu. Jadi, tidak ada salahnya untuk berdamai dengan masa sekarang dan fokus pada langkah selanjutnya.
Memaafkan
Selanjutnya adalah belajar untuk memaafkan, juga meminta maaf. Seringkali, ketika persahabatan berakhir, tahap ini sering dilompati. Terlepas dari hubungan buruk yang dijalani dan rasanya males aja kalau harus ketemu lagi sama teman, kita harus tetap saling mengucapkan maaf, as a perfect closure.
Di momen inilah kita dan sahabat mengenyampingkan masalah untuk sementara waktu. Kita mungkin sudah saling menyakiti tapi masih ada rasa peduli yang membuat kita saling meminta maaf.
Kita mengakui apa yang dia perbuat itu salah, begitu juga sebaliknya. Meskipun tidak berteman kembali, setidaknya kita bisa sama-sama move on dan enggak ada lagi yang mengganjal di hati.
(Baca juga: sudah lama dekat sama cowok tiba-tiba ditikung sahabat sendiri. kesel)
Mencoba untuk move on
Setelah semua emosi itu terkendali, kita pun siap untuk move on. Kita tidak lagi merasa marah dan bisa mengingat kebersamaan dulu tanpa merasa sedih lagi.
Kita pun sudah bisa melangkah maju dengan perasaan tenang. Memang, sih, akan ada masanya kita kangen sama dia dan berharap dia ada bersama kita, tapi ini saatnya kita mengatur kembali hidup kita.
Kita juga bisa menarik pelajaran dari hal ini sehingga bisa melihat sebuah hubungan dari perpekstif baru. Dan juga, tidak akan mengulang kesalahan yang sama di masa mendatang.
Ketika berpapasan satu sama lain
Ke manapun kita pergi, tetap saja ada kemungkinan kita akan bertemu lagi dengan teman lama. Pastinya, sih, akan terasa awkward banget karena seseorang yang dulu dekat sama kita, sekarang terasa seperti orang asing.
Tahapan ini sama pentingnya dengan tahap saling memaafkan, karena akhirnya kita menyadari kalau tidak seharusnya kita menyimpan dendam karena hanya akan membuang waktu dan tenaga kita saja.
Dengan bertemu face-to-face, akan memperlihatkan kalau kita dan dia sama-sama sudah dewasa dan melupakan masalah lama.
(Baca juga: curhat dua cewek yang pernah sekamar sama toxic roommate)
Mendapat teman baru
Ketika persahabatan ini berakhir, salah satu ketakutan besar kita adalah enggak lagi bisa bertemu sahabat lama. Atau berpikir enggak akan ada orang seperti dia yang benar-benar mengerti kita.
Namun kita harus yakin kalau kita pasti akan menemukan sahabat baru. Ketika menemukan teman baru, dia akan melengkapi hidup kita dan bagian yang dulu terasa hilang, akhirnya kembali lengkap lagi.
Putusnya persahabatan memang berat, tapi memiliki seseorang yang bisa kita andalkan akan membuat semuanya terasa sedikit lebih mudah. Jadi, kita harus berterima kasih karena sekarang sudah memiliki sahabat baru dan kita berhasil melewati masa-masa berat tersebut.