Cewekbanget.id - Sejauh apa sih kita sebagai remaja boleh pacaran? Pertanyaan ini mungkin punya jawaban yang beda-beda bagi setiap orang.
Tapi yang pasti, jangan sampai kegiatan pacaran ini merugikan kita secara fisik atau mental. Alias jangan sampai kebablasan yang akhirnya menghancurkan masa depan kita.
Untuk itu kita ada baiknya tahu tentang 4 jenis pacaran yang didasarkan pada besarnya risiko yang ditimbulkan.
Kalau berdasarkan risiko yang ditimbulkan, pacaran bisa dibagi ke dalam 4 jenis yaitu pacaran tidak berisiko, berisiko rendah, berisiko sedang dan berisiko tinggi.
Jadi ada 4 jenis pacaran yang harus kita ketahui biar enggak terjerumus seks bebas. Gimana penjelasannya?
Apa itu pacaran tidak berisiko dan atau berisiko tapi rendah?
Nah, perilaku berpacaran tidak berisiko dan berisiko rendah ini contohnya, kamu melakukan aktivitas pacaran sampai ke tahap berpegangan tangan, memeluk, dan mencium pipi serta kening.
Tidak perlu khawatir menjadi hamil atau tertular penyakit jika pacaran kalian hanya melakukan hal-hal tersebut. Status pacaran kalian aman, asal enggak diterusin dengan melakukan hal-hal yang lebih ya.
Pacaran berisiko sedang dan berbahaya?
Perilaku pacaran yang beresiko sedang dan tinggi antara lain sudah melakukan french kissing (berciuman bibir yang disertai dengan dorongan erotis), necking (ciuman yang dibatasi pada daerah di sekitar leher ke atas), petting (saling merangsang di alat kelamin tanpa adanya penetrasi), sampai pada hubungan sexual yang utuh.
Pada tingkat ini, kemungkinan bahaya menjadi meningkat, apalagi kalau enggak disertai dengan pengetahuan dan kesadaran akan perilaku seks yang aman.
Saat kamu dan pacarmu berpelukan, berciuman dan saling menyentuh alat kelamin, dapat dikatakan bahwa kalian sedang melakukan perilaku seksual yang berisiko sedang, yang tentunya ada cukup besar kemungkinan dapat tertular penyakit kelamin. Apalagi jikla berhubungan dengan tanpa alat pengaman, risikonya semakin besar.
Sebenarnya sebelum memutuskan untuk berani melakukan hubungan seksual dengan pacar, kita harus tahu dulu kalau yang namanya hubungan seksual atau Making Love (ML) saat pacaran di usia remaja ini enggak akan membawa hal positif dan enggak diperlukan sama sekali.
Ini bukan bukti atau tanda kalau kita sayang pacara atau sebaliknya. Ini hanya ketidakmampuan kita dan pacar untuk mengontrol diri. Apalagi kalau hubungan ini terjadi karena ada salah satu pihak yang memaksa, itu berarti namanya kekerasan seksual yang enggak jauh beda dengan pemerkosaan dan bisa dikenakan hukuman pidana.
Tindakan memaksa ini juga jadi bukti kalau si dia justru enggak sayang dan enggak mau menjaga kita karena rela pacarnya terkena risiko seperti hamil sampai penyakit menular seksual.
Padahal pacaran seharusnya jadi hal yang menyenangkan. Jangan sampai malah rusak hanya gara-gara tergoda nafsu sesaat.
Risiko seks bebas bukan hanya dosa tapi masih banyak lainnya. Siapkah?
Meski menurut Psikolog remaja, Vera Itabiiana. Psi, pada usia remaja boleh-boleh saja mencoba hal-hal baru, tapi yang perlu diingat bahwa semua hal pasti ada risikonya. Termasuk dalam hal ini adalah keinginan pacar yang meminta untuk melakukan hubungan sexual. Semua ada alasan dan risiko yang ditanggungnya!
“Ada alasan mengapa hubungan intim antara lelaki dan perempuan disebut sebagai hubungan suami istri, sebab, saat melakukannya diharapkan kamu sudah bisa bertanggung jawab atas kehidupan kamu dan dia nantinya.
Saat hubungan intim terjadi, ada risiko terjadinya kehamilan. Sekarang yang perlu kamu tanyakan pada dirimu sendiri, siapkah kamu berperan jadi orang tua kalau sampai hamil?" Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang harus kamu hadapi selain pacar?
“Bukan nakut-nakutin, kalau hal seperti ini benar-benar terjadi, maka akan ada banyak hal yang perlu kamu hadapi juga. Pertama, keluargamu. Bayangkan seperti apa reaksi ayah dan ibumu kalau mendengar hal tersebut.
Kemudian, siap-siap saja kehilangan masa bermainmu. Sebab, saat kamu jadi orang tua, akan ada keluarga kecil yang perlu perhatian kamu,” terang Vera melihat jauh ke depan.
“Kalau kamu sudah siap betul, memang aktivitas itu akan menyenangkan, tapi kalau tidak? Kedengarannya memang jadi enggak menyenangkan? Tapi ya, itulah memang kenyataan yang harus kamu hadapi kalau sampai hal tersebut kejadian,” ulasnya.
Maka dari itu, ada baiknya memikirkan keputusan yang terbaik, sebelum menyesal kemudian. (hai-online.com)