CewekBanget.id - Enggak bisa dipungkiri kalau standar kecantikan setiap negara di berbagai belahan dunia berbeda-beda.
Standar kecantikan sendiri dipengaruhi oleh kecepercayaan, kebudayaan, dan bagaimana perspektif masyarakat dalam mendefinisikan kata “cantik”.
Tidak jarang, "cantik" yang ditetapkan masyarakat sering kali memberikan tekanan tersendiri bagi perempuan. Dan celakanya, sebagian besar perempuan justru berusaha untuk memenuhi standar tersebut.
Di Indonesia, kata "cantik" yang disematkan pada perempuan sering kali identik dengan kulit putih, proporsi badan yang ideal atau langsing, hidung mancung, dan lain sebagainya.
Standar kecantikan terus berkembang dari waktu ke waktu diikuti berbagai upaya untuk mencapainya.
Makanya operasi plastik, filler, sulam alis, dan berbagai treatment kecantikan lainnya muncul demi memenuhi keinginan perempuan untuk mencapai standar tersebut.
Penampilan fisik dinilai sangat krusial oleh sebagian kalangan. Bahkan penampilan fisik dinilai sebagai salah satu cara untuk melakukan self branding dan menentukan value kita di masyarakat.
Meski standar kecantikan yang ditetapkan masih kental di Indonesia bahkan seluruh dunia namun seorang perempuan asal Afrika Selatan berhasil mengubah persepsi banyak kalangan mengenai standar kecantikan.
Baca Juga: Running Man Versi Indonesia Akan Segera Tayang! Resmi dan Bakal Berkualitas Nih!
Zozibini Tunzi, berhasil mengalahkan 89 kontestan dari berbagai negara dan memenangkan gelar sebagai Miss Universe 2019.
Kemenangan yang diaraih Tunzi seolah menjadi pembuktian bahwa warna kulit seharusnya tidak menjadi suatu halangan untuk seorang perempuan beprestasi.
Meski namanya masih jarang kita dengar, Tunzi ternyata seorang aktivis yang aktif menyuarakan keadilan dalam berbagai bidang termasuk kemanusiaan.
Salah satu isu yang vokal disuarakan Tunzi ialah kekerasan pada perempun yang sering terjadi.
Dengan lantang, ia menentang sistem patriarki yang seringkali membuat perempuan hanya bisa diam tanpa melakukan sesuatu.
Tunzi menjadi inspirasi bagi banyak perempuan untuk bersikap berani dan percaya diri. Ia memotivasi wanita diseluruh dunia dengan kata-katanya untuk mengekspresikan diri sendiri dengan penuh percaya diri dan tanpa rasa takut.
Dalam salah satu wawancaranya dengan E! News, Tunzi mengungkapkan pendapatnya mengenai standar kecantikan, “Saya tumbuh di dunia di mana seorang perempuan yang mirip saya, dengan jenis kulit dan rambut seperti saya tidak pernah dianggap cantik. Dan saya pikir itu harus dihentikan. Saya ingin anak-anak kagum melihat saya.”
Tidak sampai disitu, Tunzi menegaskan bahwa cantik, tidak selalu soal fisik.
Gelar perempuan cantik seharusnya tidak hanya disematkan pada mereka yang berkulit putih, berbadan langsing, hidung mancung, dan lain sebagainya karena semua perempuan cantik dengan cara dan penampilannya masing-masing.
Mematahkan standar kecantikan di masyarakat tentu bukan hal yang mudah.
Baca Juga: 3 Hal yang Bikin Film ‘Cats’ Enggak Ngebosenin dan Justru Bikin Kepo!
Meski begitu, kita dapat memulainya dengan menanamkan nilai-nilai positif pada diri sendiri dan sekitar seperti tidak menilai segala sesuatu dari fisik.
Jika kita tidak bisa merubah persepsi masyarakat, setidaknya kita tidak berkontribusi dalam hal tersebut dengan memberikan warna baru.
“You have to embrase yourself, embrase your age. No matter what color skin you have, what color eyes you have, what color hair you have anyone could make themself look beautiful. Lets break the beauty standart!”
Semangat girls!
Artikel ini dibuat oleh Amelia Sri Melati, Mahasiswa Program Pendidikan Vokasi Jurusan Hubungan Masyarakat Universitas Indonesia.
(*)
Baca Juga: Alur Menarik, 4 Film Indonesia Trilogi Terbaru Ini Wajib Kita Tonton!
Penulis | : | None |
Editor | : | Kinanti Nuke Mahardini |
KOMENTAR