Model pendataan – yang mengasumsikan membaiknya kegiatan ekonomi sejalan dengan ramalan, pembebasan tempat kerja dari pembatasan dan pemulihan dalam konsumsi serta investasi memproyeksikan penurunan jam kerja sebesar 4,9 persen (setara dengan 140 juta pekerjaan penuh waktu) dibandingkan dengan kuartal keempat tahun 2019.
Skenario pesimistis mengasumsikan gelombang kedua pandemi dan kembali berlakunya pembatasan yang akan memperlambat pemulihan secara signifikan.
Konsekuensinya adalah membesarnya jam kerja yang hilang menjadi 11,9 persen (340 juta pekerjaan penuh waktu).
Skenario optimistis mengasumsikan pemulihan kegiatan pekerja yang cepat, yang mendorong permintaan dan penciptaan lapangan kerja secara signifikan.
Dengan pemulihan yang sangat cepat ini, hilangnya jam kerja global akan berkisar 1,2 persen (34 juta pekerjaan penuh waktu).
Baca Juga: Kepoin Ramalan Cinta Zodiak di Bulan Juli 2020. Nasib Percintaanmu Gimana?
Dampak terhadap perempuan
Monitor juga menemukan bahwa pekerja perempuan secara enggak proporsional terkena imbas pandemi, menciptakan risiko kemajuan sederhana dalam kesetaraan gender yang terjadi dalam beberapa dasawarsa ini akan hilang dan ketimpangan gender terkait kerja akan memburuk.
Dampak buruk COVID-19 terhadap pekerja perempuan terkait dengan besarnya keterwakilan mereka dalam sejumlah sektor perekonomian yang paling terkena imbas buruk krisis ini, seperti akomodasi, makanan, penjualan dan manufaktur.
Secara global, hampir 510 juta atau 40 persen keseluruhan perempuan dipekerjakan di empat sektor yang paling terkena dampak dibandingkan dengan 36,6 persen laki-laki.
Perempuan juga mendominasi sektor pekerjaan rumah tangga dan sektor pekerjaan kesehatan dan perawatan sosial, di mana mereka paling berisiko kehilangan pendapatan dan terkena infeksi dan tertular, serta cenderung enggak memiliki perlindungan sosial.
Distribusi yang enggak setara dalam pekerjaan perawatan di masa sebelum pandemi semakin sulit selama krisis ini, dan semakin memburuk dengan penutupan sekolah dan jasa perawatan.
Tantangan utama ke depan
Saat negara-negara telah mengadopsi perangkat kebijakan dengan kecepatan dan jangkauan beragam, Monitor menyoroti beberapa tantangan utama ke depan:
- Menemukan keseimbangan yang tepat dan mengurutkan intervensi kesehatan, ekonomi dan sosial serta kebijakan untuk menghasilkan keluaran pasar kerja yang optimal dan berkelanjutan.
- Menerapkan dan melanjutkan intervensi kebijakan di skala yang penting saat sumber daya semakin terbatas.
Penulis | : | Siti Fatimah Al Mukarramah |
Editor | : | Siti Fatimah Al Mukarramah |
KOMENTAR