Pada cowok, kadar oksitosin yang berlebihan juga diduga bisa memicu tumor prostat jinak, namun hal ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Kadar oksitosin yang terlalu sedikit juga bisa mencegah produksi ASI sehingga mempersulit ibu menyusi.
Menurut data Your Hormon, kekurangan oksitosin bisa memicu autisme dan gangguan spektruk autistik, yang menjadi kunci gangguan fungsi sosial.
Itu sebabnya, banyak ilmuwan percaya bahwa oksitosin bisa digunakan untuk mengatasi gangguan ini.
Selain itu, oksitosin juga digadang-gadang bisa digunakan untuk pengobatan depresi, meski belum ada cukup bukti ilmiah yang mendukung teori ini.
Baca Juga: Bikin Hidup Berantakan, Hindari 5 Makanan Pengganggu Hormon Ini!
Oksitosin untuk Terapi Psikologi
Melansir data Medical News, para ilmuwan mengklaim oksitosin efektif untuk mengobati fobia sosial, autisme, dan depresi pascapersalinan.
Oksitosin dipercaya dapat membantu meningkatkan kesejahteraan interpersonal dan individu, sehingga berpeluang besar untuk digunakan dalam mengatasi beberapa gangguan neuropsikiatri.
Penggunaan oksitosin ini diklaim dapat membantu orang-orang yang menarik diri dari interaksi sosial, anxiety, dan enggak mampu mempercayai orang lain atau memiliki masalah trust issue.
Oksitosin juga berperan dalam manajemen kemarahan.
Penelitian telah menunjukkan bahwa polimorfisme tertentu dari gen reseptor oksitosin (OXTR) dikaitkan dengan kecenderungan yang meningkat untuk bereaksi dengan amarah seseorang terhadap situasi.
(*)
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR