CewekBanget.ID - Demam, batuk kering, dan kelelahan merupakan gejala umum seseorang yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19.
Gejala lain yang juga kerap dirasakan banyak pasien COVID-19 adalah hilangnya kemampuan indera perasa yaitu lidah (dysgeusia) dan penciuman atau hidung (anosmia).
Mengutip ABC pada Jumat (25/9/2020) dari Kompas.com, Senin (28/9/2020), American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery melaporkan, bukti anektodal yang terkumpul dari situs-situs di seluruh dunia menunjukkan bahwa anosmia dan dysgeusia menjadi gejala signifikan COVID-19.
Pada kasus khusus, anosmia terjadi pada pasien positif COVID-19 tanpa gejala lainnya.
Baca Juga: Remaja Enggak Kebal COVID-19, Malah Berpotensi Alami Gejala Menetap!
Anosmia
Mengutip WebMD, anosmia berarti kehilangan total kemampuan indera penciuman yang membuat makanan terasa berbeda.
Bahkan seseorang menjadi enggak dapat memposisikan diri saat dalam situasi berbahaya, misalnya mereka jadi enggak akan mampu mencium kebocoran gas, asap dari api, atau susu basi.
Indera penciuman seseorang didorong oleh proses tertentu.
Awalnya, molekul yang dilepaskan dari suatu zat seperti wewangian dari bunga harus merangsang sel-sel saraf khusus yang disebut sel penciuman dan ditemukan di bagian atas hidung.
Sel-sel saraf ini kemudian mengirimkan informasi ke otak untuk diidentifikasi bau spesifiknya.
Apapun yang mengganggu proses ini, seperti hidung tersumbat, atau kerusakan sel saraf itu sendiri, dapat menyebabkan hilangnya penciuman.
Kemampuan mencium juga memengaruhi kemampuan kita untuk mengecap sehingga tanpa indera penciuman, pengecap kita hanya dapat mendeteksi beberapa rasa, dan ini dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang.
Penyebab Anosmia
Penyebab umum terjadinya anosmia meliputi flu, alergi, infeksi sinus, atau kualitas udara yang buruk.
Sementara penyebab lainnya antara lain polip hidung atau kondisi adanya pertumbuhan non-kanker yang berukuran kecil di hidung, cedera hidung atau bau saraf akibat operasi atau trauma kepala, dan paparan bahan kimia beracun, seperti pestisida atau pelarut.
Konsumsi obat-obatan tertentu, termasuk antibiotik, antidepresan, obat anti inflamasi, obat jantung, dan lainnya juga dapat menyebabkan anosmia, serta penyalahgunaan kokain dan faktor usia lanjut.
Selain kemampuan dan pendengaran, indera penciuman juga dapat menjadi lebih lemah seiring bertambahnya usia.
Baca Juga: Ada 7 Gejala Baru Penularan COVID-19! Salah Satunya Muncul Lebih dari Sebulan!
Gejala Anosmia
Tanda anosmia yang jelas adalah hilangnya kemampuan penciuman.
Namun, beberapa orang dengan anosmia memerhatikan perubahan pada cara penciuman.
Misalnya, hal-hal yang familier mulai enggak terdeteksi baunya atau kehilangan bau.
Diagnosis Anosmia
Jika kita mengalami kehilangan bau yang enggak dapat dikaitkan dengan pilek atau alergi, atau enggak membaik setelah satu atau dua minggu, segeralah periksakan ke pelayanan medis terdekat.
Ketika mengonsultasikan kondisi tersebut, dokter akan memeriksa ke dalam hidung kita dengan alat khusus untuk melihat apakah ada polip atau pertumbuhan sel yang mengganggu kemampuan kita untuk mencium.
Pengujian lebih lanjut oleh dokter yang memiliki spesialisasi dalam masalah hidung dan sinus (ahli THT), diperlukan untuk menentukan penyebab anosmia.
Selain itu, tindakan CT scan mungkin diperlukan agar dokter dapat melihat area tersebut dengan lebih baik.
Penyembuhan Anosmia
Jika anosmia disebabkan hidung tersumbat karena pilek atau alergi, biasanya enggak diperlukan pengobatan khusus karena kondisi itu akan membaik dengan sendirinya.
Metode penyembuhan lain yang direkomendasikan yakni penggunaan dekongestan yang dijual bebas dalam jangka pendek dapat membuka saluran hidung sehingga kita dapat bernapas lebih mudah.
Namun, jika sumbatan semakin parah atau enggak kunjung sembuh setelah beberapa hari, konsultasikan dengan dokter.
Terkadang, seseorang akan mendapatkan kembali indera penciumannya secara spontan, namun anosmia enggak selalu bisa diobati, terutama jika penyebabnya adalah usia.
Ada beberapa langkah yang dapat diterapkan agar penderita anosmia berada pada posisi aman, misalnya dengan meletakkan detektor kebakaran dan alarm asap di rumah atau kantor dan berhati-hatilah dengan sisa makanan.
(*)
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR