CewekBanget.ID - Pengin punya muka mulus, tapi susah banget. Karena beberapa alasan muka kita jadi bertekstur.
Enggak semua tekstur di muka menganggu, ya.
Baca Juga: Yuk Bikin Brulee Bomb! Camilan Hits yang Enak dan Super Creamy
Tapi, kalau bisa punya muka mulus, pasti kita akan usahakan untuk menghilangkan tekstur di muka.
Penasaran kenapa muka kita jadi bertekstur?
Mungkin inilah sebabnya muka kita jadi bertekstur dan ini cara perawatannya yang tepat.
Komedo
Tekstur yang umum ada di muka kita salah satunya adalah komedo.
Komedo sendiri terbagi jadi dua yaitu komedo putih dan komedo hitam.
“Keduanya mirip dalam kenyataan bahwa keduanya adalah pori-pori yang tersumbat oleh minyak berlebih dan sel kulit mati,” kata Dr. Schlessinger.
Baca Juga: Hilangkan Komedo dengan Putih Telur dan 4 Bahan Alami Ini. Cobain!
Cara mengobati dan mencegah komedo
Meskipun enggak berbahaya, tekstur ini bisa mengganggu.
Untuk mencegah komedo Dr. Schlessinger merekomendasikan agar kita selalu mencuci muka sebelum tidur menggunakan pembersih yang mengandung setidaknya 2% asam salisilat.
Hal ini karena asam salisilat bekerja dengan melarutkan sel-sel kulit mati untuk membersihkan pori-pori yang tersumbat dan membantu mencegah jerawat.
Jerawat meradang
Jerawat ini penyebab utama kenapa muka kita jadi bertekstur.
Jerawat yang meradang terjadi ketika bakteri di pori-pori kita mulai bercampur dengan kelebihan penumpukan sel kulit mati dan minyak yang menyebabkan jerawat.
Jerawat yang meradang seringkali berwarna merah, nyeri, bengkak, dan terkadang berisi nanah.
Jika kita mengalami jerawat yang meradang, sebisa mungkin kita enggak boleh memencetnya
"Hal ini karena bisa menyebabkan lebih banyak kemerahan dan peradangan.
Plus itu bisa meningkatkan risiko kita untuk mengembangkan bekas luka," ujar Jerome Garden, M.D., dokter kulit dan direktur Physicians Laser and Dermatology Institute di Chicago.
Baca Juga: Punya Muka Berjerawat? 4 Kandungan Ini Mampu Mengobati Jerawat Kita!
Cara mengobati dan mencegah jerawat meradang
Untuk mengurangi jerawat seperti ini, Dr. Garden merekomendasikan untuk menggunakan pembersih lembut yang mengandung benzoil peroksida dan produk perawatan kulit bebas minyak.
Kita juga bisa menambahkan beberapa perawatan anti-inflamasi.
Milia
Kalau kita memerhatikan beberapa benjolan kecil yang tampak seperti whitehead di wajah kita yang menetap, jadi itu adalah milia.
Milia adalah jenis kista yang enggak berbahaya
Kista berisi keratin ini muncul di sekitar muka.
“Biasanya muncul di dekat mata, pipi, dan hidung, dapat terjadi pada semua jenis kulit atau warna kulit, dan sangat umum terjadi pada bayi baru lahir,” jelas Dr. Schlessinger.
Baca Juga: Milia Bikin Wajah Enggak Flawless? Hilangkan dengan 5 Cara Ini!
Cara mengobati dan mencegah milia
Milia pada dasarnya adalah sel kulit mati yang menempel di bawah kulit kita dan enggak berbahaya.
Tapi, kalau kita pengin mencoba menghilangkannya, Dr. Schlessinger merekomendasikan untuk memilih produk dengan asam alfa-hidroksi (AHA) seperti asam glikolat atau laktat untuk mengelupas kulit.
Dermatosis papulosa nigra (DPN)
Terlihat seperti tahi lalat, tapi ini adalah jenis yang berbeda.
Dermatosis papulosa nigra (DPN) merupakan bintik-bintik kulit yang benar-benar jinak dan enggak berbahaya.
Pada umumnya ini adalah warna kulit yang lebih gelap yang biasanya diturunkan dalam keluarga.
DPN adalah penumpukan sel epidermis yang sangat dangkal dan biasanya mulai muncul di usia 20-an.
katanya. “Benjolan coklat ini bisa sangat kecil dan enggak tumbuh lebih besar dari beberapa milimeter; namun, satu orang dapat memiliki puluhan bintik di wajah.”
Baca Juga: Punya Visual Menarik, Recreate Natural Makeup Olivia Rodrigo, Yuk!
Cara Mengobati dan Mencegah DPN
Enggak banyak yang bisa kita lakukan untuk mencegah DPN terbentuk atau menjadi lebih terlihat selain memakai tabir surya dan mempraktekkan perlindungan matahari.
Tabir surya adalah bagian penting dari setiap rutinitas perawatan kulit untuk membantu mencegah kanker kulit.
Atau kita bisa menggunakan sabun muka yang mengandung asam salisilat atau asam glikolat.
(*)
Source | : | self |
Penulis | : | Monika Perangin |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR