Kebiasaan berpikir ini melibatkan kecenderungan orang untuk memikirkan hal-hal negatif mengenai kehidupannya,
Misalnya mengkhawatirkan masa depan atau menyesali perbuatan yang pernah dilakukannya. Ketika pikiran negatif muncul, sering terasa sulit untuk dikendalikan.
Untuk mempelajari dampaknya, para peneliti mengukur memori, perhatian, kognisi spasial, dan bahasa.
Studi ini juga mempelajari pemindaian otak untuk mengukur dua protein, tau dan amyloid, yang paling umum menyebabkan Alzheimer.
“Di sini, kami menemukan bahwa pola berpikir tertentu yang terlibat dalam depresi dan kecemasan dapat menjadi alasan mendasar mengapa orang dengan gangguan tersebut lebih mungkin mengembangkan demensia,” kata Natalie Marchant, pimpinan penelitian dikutip dari Healthshots.
Mereka juga menemukan kalau pikiran negatif dapat menyebabkan penurunan kognitif, lebih banyak penumpukan protein tau dan amiloid yang menyebabkan Alzheimer.
Menurut WHO, demensia merupakan sindrom yang bersifat kronis dan dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif.
Demensia memengaruhi memori, pemikiran, pemahaman, perhitungan, hingga kemampuan seseorang dalam berbicara.
Setiap orang memiliki gejala demensia yang berbeda-beda, tergantung pada penyebab yang mendasari dan kondisi kesehatannya.
Namun, gejala awal demensia yang paling sering terjadi yaitu pikun, sering lupa waktu, dan tersesat di tempat familiar.
Baca Juga: Lakukan 4 Cara Ini untuk Hilangkan Pikiran Negatif! Pergilah Jauh!
Kalau demensia udah bertambah parah, maka dapat menyebabkan seseorang enggak menyadari waktu dan tempat, sulit mengenali orang terdekat, sulit berjalan, hingga terjadinya perubahan perilaku.
Source | : | Grid Health |
Penulis | : | Siti Fatimah Al Mukarramah |
Editor | : | Siti Fatimah Al Mukarramah |
KOMENTAR