CewekBanget.ID - Mental clutter atau kekacauan atau kerusakan mental adalah yang mungkin saja bakal selali terjadi di dalam pikiran kita.
Berbagai beban pikiran yang selalu ada di benak kita akan perlahan-lahan akan membuat kita jadi terkena mental clutter kalau enggak ditangani dengan baik.
Menurut laman The Stone Foundation, Elicia Mc Intyre selalu psikologis lulusan Smith College School for Social Work, menerangkan bahwa mental clutter ini bisa terjadi pada siapa saja.
Sasaran empuk penderita mental clutter adalah kita yang sering memendam beban sendirian dan memikirkannya tanpa berdiskusi dengan orang lain.
Hal ini akan membuat kita kelelahan secara mental dan akhirnya mengalami kerusakan mental.
Parahnya, mental clutter ini bahkan bisa dirasakan oleh orang-orang yang disangka enggak punya beban apapun.
Untuk itu, kita harus tahu bagaimana cara mengatasi mental clutter yang sedang dialami.
Mental clutter sendiri juga punya berbagai macam jenis.
Ini dia macam-macam mental clutter yang harus kita ketahui!
Baca Juga: Song Mino Blak-blakan Tersiksa dengan Mental Illness yang Dialami
Rasa khawatir
Menurut Elicia Mc Intyre, rasa khawatir adalah teman baik dari ketakutan yang bisa merusak mental kita.
Biasanya, kita selalu mengkhawatirkan apa yang akan terjadi di masa depan dan bahkan enggak bisa mengendalkikan perasaan kita tentang itu.
Jadi, kita akan selalu mengira-ngira dan khawatir akan merusak masa depan yang belum tentu akan rusak.
Akibatnya, kita akan terus tenggelam dalam pertimbangan semu yang dibuat oleh pikiran kita sendiri.
Rasa bersalah
Selanjutnya, menurut Elicia Mc Intyre yang membuat kita mengalami menatl clutter adalah merasa bersalah dengan pilihan atau kejadian yang menimpa di masa lalu.
Hal ini membuat kita jadi lebih sering menyalahkan diri sendiri dan bahkan ragu dengan diei kita.
Kita akan selalu bertanya apa yang seharusnya dilakukan apa yang enggak boleh dilakukan.
Rasa bersalah ini muncul karena kita merasa kalau kita memilliki andil dalam segala hal yang berdampak pada kekacauan atau kegagalan.
Baca Juga: Kebiasaan Menulis Diary Baik untuk Kesehatan Mental, Stres Jadi Reda!
Rasa negatif pada diri sendiri
Yang terakhir adalah selalu merasa dan membicarakan hal yang negatif tentang diri sendiri.
Kita meyakini kalau diri kita sendiri, orang lain, dan bahkan dunia menganggap kita negatif.
Biasanya, hal ini timbul karena ada trauma dan penolakan yang pernah kita dapatkan di masa lalu.
Entah itu dari sahabat, orang tersayang, atau keluarga yang mungkin menganggap diri kita enggak berguna dan selalu melakukan hal yang negatif.
Keluar dari mental clutter
Tiga jenis kerusakan mental ini bisa kita hindari dan bisa disembuhkan dengan berbagai cara.
Meskipun membutuhkan proses dan konsistensi, namun kerusakan mental atau mental clutter ini bisa dikendalikan.
Pasalnya, kita adalah orang yang paling bisa mnegendalikan pikiran dan perasaan.
Ini dia cara-cara untuk keluar dari mental clutter!
Baca Juga: Bodo Amat! 4 Zodiak Ini Paling Cuek Menghadapi Nyinyiran Orang Lain
Mengendalikan pikiran kita
Langkah pertama yang bisa kita lakukan adalah dengan mengendalikan dan melacak pikiran kita.
Usalahan untuk selalu memperhatikan kata-kata yang akan keluar dari mulut kita.
Pastikan kata-kata yang keluar harus bersifat positif dan enggak memaksakan kehendak diri sendiri.
Kita mulai harus bisa belajar mengatakan, "enggak bisa", "harus", "selalu", atau kata-kata lain yang bisa menjebak diri sendiri.
Berani bilang setop pada diri sendiri
Enggak ada salahnya untuk setop atau berhenti saat kita mulai merasa lelah atau enggak kuat dengan apapun.
Kita bisa bilang pada diri sendiri untuk enggak apa-apa untuk berhenti dan membiarkan diri sendiri beristirahat.
Selalu pikirkan hal baik dan positif yang ada di diri sendiri daripada harus memikirkan hal negatif dan menganggap diri sendiri enggak bisa melakukan apapun.
Ingat proses yang sudah dilewati
Langkah terakhir adalah untuk selalu mengingatkan pada diri sendiri tentang bagaimana kita sudah mengatasi dan melewati situasi yang membuat kita enggak nyaman.
Kita harus menyadarkan diri sendiri bahwa kemarin adalah pengalaman berharga yang membuat diri sendiri berhasil keluar dari masalah.
(*)
Source | : | thestonefoundation.com |
Penulis | : | Monika Perangin |
Editor | : | Monika Perangin |
KOMENTAR